Scroll untuk membaca artikel
Bernadette Sariyem
Rabu, 15 Januari 2025 | 19:33 WIB
ILUSTRASI - Produk rokok kretek dari industri rokok tanah air. [Suara.com/Adhitya Himawan]

SuaraSumbar.id - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat melaporkan bahwa kenaikan harga beras dan rokok kretek menjadi faktor dominan yang mempengaruhi garis kemiskinan (GK) di provinsi tersebut pada September 2024.

Kepala BPS Sumbar, Sugeng Ariyanto, menyebutkan bahwa beras memberikan kontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan, dengan sumbangan sebesar 22,29 persen di perkotaan dan 25,57 persen di pedesaan.

“Selain beras, rokok kretek filter juga menjadi komoditas penyumbang terbesar kedua terhadap garis kemiskinan, yaitu 13,84 persen di perkotaan dan 15,24 persen di pedesaan,” ungkap Sugeng, Rabu (15/1/2025).

Selain beras dan rokok kretek, beberapa komoditas lain juga turut memengaruhi garis kemiskinan, seperti cabai merah, ikan tongkol, telur ayam ras, daging ayam ras, roti, dan bawang merah.

Baca Juga: Inflasi Bukittinggi Tertinggi di Sumbar, Rokok dan Harga Pangan Jadi Biang Kerok

“Cabai merah menyumbang 3,97 persen di perkotaan dan 4,28 persen di pedesaan, sementara ikan tongkol, telur ayam ras, dan daging ayam ras masing-masing memberikan kontribusi signifikan dalam mendorong garis kemiskinan,” tambahnya.

Garis kemiskinan pada September 2024 tercatat sebesar Rp714.991 per kapita per bulan, naik 7,05 persen dari Rp667.925 per kapita per bulan pada Maret 2023. Dibandingkan Maret 2024, garis kemiskinan naik sebesar 0,93 persen.

“Garis kemiskinan di daerah perkotaan meningkat 1,06 persen, sedangkan di perdesaan meningkat 0,74 persen selama periode Maret hingga September 2024,” jelas Sugeng.

Meski garis kemiskinan meningkat, jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat menunjukkan penurunan. Pada September 2024, jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 315,43 ribu orang, turun 30,30 ribu orang dibandingkan Maret 2024.

“Persentase penduduk miskin di perkotaan turun dari 4,72 persen menjadi 4,16 persen, sementara di pedesaan turun dari 7,28 persen menjadi 6,79 persen,” ujar Sugeng.

Baca Juga: Angka Kemiskinan Ekstrem di Simeulue Aceh Turun

Secara keseluruhan, tingkat kemiskinan di Sumatera Barat pada September 2024 tercatat sebesar 5,42 persen, turun 0,55 persen poin dari 5,97 persen pada Maret 2024.

Dengan data ini, BPS mengharapkan adanya kebijakan yang lebih terfokus untuk menekan harga kebutuhan pokok seperti beras, serta mengurangi konsumsi barang yang tidak esensial seperti rokok kretek filter.

Langkah ini diharapkan dapat membantu menurunkan garis kemiskinan lebih lanjut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumatera Barat.

Kontributor : Rizky Islam

Load More