Scroll untuk membaca artikel
Bernadette Sariyem
Senin, 13 Mei 2024 | 23:12 WIB
ILUSTRASI - Tanah longsor melanda Sitinjau Lauik, Kota Padang, Minggu (12/5/2024). [Dok.Istimewa]

SuaraSumbar.id - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat (Sumbar) telah menegaskan bahwa tidak ada eksploitasi hutan yang berkontribusi pada banjir bandang di kawasan Lembah Anai.

Penegasan ini berdasarkan hasil investigasi lapangan yang menunjukkan adanya material seperti kayu dan akar yang dibawa oleh arus banjir.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sumbar, Eka Damayanti, menjelaskan bahwa material yang terbawa arus banjir mengindikasikan adanya bendungan air di hulu yang tidak mampu menampung volume air sehingga menyebabkan banjir bandang.

"Ini menunjukkan bahwa tidak ada eksploitasi hutan yang berlebihan yang menyebabkan bencana ini," ujar Eka, dikutip Senin (13/5/2024).

Eka menambahkan bahwa BKSDA bersama tim di lapangan telah mengumpulkan data dan mengidentifikasi potensi kerawanan bencana lebih lanjut.

"Kami terus memonitor dan memetakan kerawanan untuk mencegah bencana susulan dan memastikan keselamatan warga," katanya.

Kondisi di Lembah Anai memang telah menyebabkan kerusakan signifikan, namun BKSDA menegaskan bahwa bencana ini lebih disebabkan oleh faktor alam dan bukan akibat dari eksploitasi manusia terhadap lingkungan.

BKSDA Sumbar menghimbau masyarakat untuk menghindari lokasi-lokasi yang telah diidentifikasi sebagai zona berisiko tinggi untuk menghindari kejadian serupa di masa mendatang.

Eka juga menekankan pentingnya kerja sama antara masyarakat dan pihak berwenang untuk memahami dan merespons potensi risiko bencana dengan lebih efektif.

Kontributor : Rizky Islam

Load More