SuaraSumbar.id - Sepanjang 2023, Resor Konservasi Wilayah II Maninjau Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat (BKSDA Sumbar) menangani 12 konflik satwa liar dengan manusia. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Pada 2022 jumlah konflik satwa dengan manusia hanya 11 kejadian atau naik satu kejadian," kata Kepala Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumbar, Rusdiyan P. Ritonga, Selasa (2/1/2024).
Ia mengatakan, 12 konflik itu berupa harimau sumatera delapan kejadian, buaya muara satu kejadian, beruang madu dua kejadian dan macan dahan satu kejadian.
Konflik satwa tersebut terjadi di Kecamatan Palupuh empat kejadian, Palembayan enam kejadian, Tanjung Mutiara satu kejadian dan Matur satu kejadian.
Baca Juga: 3 Bencana Alam Landa Agam Awal 2024, Sempat Bikin Macet Arus Lalu Lintas
"Dari 12 konflik itu, 16 ternak warga dimangsa satwa berupa kerbau dan sapi empat ekor, kambing empat ekor dan anjing delapan ekor. Penanganan konflik juga melibatkan tiga Tim Patroli Anak Nagari (PAGARI) Baringin, Pasia Laweh dan Salareh Aia," katanya.
Ia menambahkan, pada 2022 sebanyak 11 konflik satwa dengan manusia berupa harimau sumatera lima kejadian, buaya muara empat kejadian, beruang madu satu kejadian dan macan dahan satu kejadian.
Untuk ternak yang dimangsa satwa liar sebanyak 13 ekor dengan rincian yakni, kambing tiga ekor, sapi satu ekor dan anjing sembilan ekor.
Sedangkan 2021 jumlah kasus konflik satwa dengan manusia meningkat menjadi 19 kejadian dengan rincian yakni, harimau sumatera empat kejadian, beruang madu enam kejadian, buaya muara lima kejadian, macan dahan dua kejadian, tapir satu kejadian dan beruk liar satu kejadian.
Akibat kejadian itu, 13 ternak dimangsa satwa jenis sapi sembilan ekor, kambing satu ekor dan anjing tiga ekor.
Baca Juga: 15 Pendaki dari Sumut Diamankan BKSDA Sumbar, Niatnya Mau Tahun Baru di Gunung Singgalang
"Pada 2022 dan 2021 satu warga diduga dimangsa buaya muara dan pada 2023 tidak ada," katanya.
Rusdiyan mengimbau warga untuk mengandangkan ternak pada malam hari, memberi penerangan sekitar kandang, tidak melakukan aktivitas di sungai.
Setelah itu, tidak melakukan aktivitas pada malam hari di kebun sendirian, tidak mengembalakan ternak di sekitar habitat satwa dan lainnya dalam meminimalisir kasus konflik satwa liar.
"Ini harus dilakukan, agar ternak tidak dimangsa satwa tersebut," katanya. (Antara)
Berita Terkait
Tag
Terpopuler
- Agus dan Teh Novi Segera Damai, Duit Donasi Fokus Pengobatan dan Sisanya Diserahkan Sepenuhnya
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Bak Terciprat Kekayaan, Konten Adik Irish Bella Review Mobil Hummer Haldy Sabri Dicibir: Lah Ikut Flexing
- Bukti Perselingkuhan Paula Verhoeven Diduga Tidak Sah, Baim Wong Disebut Cari-Cari Kesalahan Gegara Mau Ganti Istri
- Beda Kado Fuji dan Aaliyah Massaid buat Ultah Azura, Reaksi Atta Halilintar Tuai Sorotan
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP 5G Rp 4 Jutaan Terbaik November 2024, Memori Lega Performa Handal
-
Disdikbud Samarinda Siap Beradaptasi dengan Kebijakan Zonasi PPDB 2025
-
Yusharto: Pemindahan IKN Jawab Ketimpangan dan Tingkatkan Keamanan Wilayah
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Chipset Snapdragon, Terbaik November 2024
-
Kembali Bertugas, Basri-Najirah Diminta Profesional Jelang Pilkada Bontang
Terkini
-
Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Kapolda Sumbar: Motif Biar Dibuktikan di Persidangan
-
Kapolda Sumbar Kembali Tegaskan AKP Dadang Tak Ganguan Mental: Sudah Mau Makan!
-
Masa Tenang Pilkada 2024, KPU Sumbar Larang Aktivitas Kampanye dan Survei
-
Bawaslu Agam Tertibkan APK di Masa Tenang Pilkada 2024
-
Kasus Penembakan Kasat Reskrim Solsel, Walhi Sebut Momen Berantas Kejahatan Lingkungan