Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Jum'at, 07 Oktober 2022 | 19:40 WIB
Jam Gadang Bukittinggi. [Dok.Antara]

SuaraSumbar.id - Kota Bukittinggi menjadi daerah dengan angka inflasi tertinggi di Indonesia selama September 2022. Data tersebut dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama ini.

Asisten II Pemkot Bukittinggi, Rismal Hadi mengatakan, inflasi di Bukittinggi terjadi karena kenaikan tarif transportasi umum dan transportasi barang yang merupakan dampak dari kenaikan harga BBM.

"Kenaikan dominan terjadi pada sektor transportasi. Sementara untuk masalah makanan, pangan dan lainnya relatif stabil. Memang ada kenaikan, tapi tidak signifikan,” kata Rismal Hadi, Jumat (7/10/2022).

Menurutnya, Inflasi tinggi ini cukup menyita perhatian. Sebab, banyak upaya yang telah dilakukan Pemkot Bukittinggi untuk menekan laju inflasi.

Baca Juga: Insiden Angkot Bawa 15 Penumpang Terbalik di Bukittinggi, Seorang Mahasiswi Meninggal Saat Dirawat di RS

Rismal Hadi mengatakan pemerintah setempat belum menyetujui adanya kenaikan tarif transportasi dan masih dalam tahap kajian secara menyeluruh

“Pemkot Bukittinggi belum ada mengeluarkan persetujuan untuk menaikkan tarif transportasi ini, koperasi angkutan umun memang sudah ajukan kenaikan tarif ke Pemkot, namun masih lakukan kajian,” kata dia.

Ia menambahkan, kenaikan secara resmi tentu harus melalui Perwako walau kenyataan di lapangan sudah ada para sopir angkot yang telah menaikkan tarif.

Kota Bukittinggi sebelumnya telah melancarkan berbagai program ketahanan pangan dan pasar murah sebagai langkah antisipasi kenaikan angka inflasi.

Beragam program itu diharapkan dapat menurunkan angka inflasi di Oktober ini.

Baca Juga: Erman Safar Klaim Pembangunan Awning Jalan Minangkabau untuk Tingkatkan Ekonomi, Namun Ditolak Niniak Mamak

Data yang dirilis Badan Pusat Statistik pada tanggal 3 Oktober 2022, inflasi Bukittinggi berada pada angka 1,87 persen.

Sebelumnya, Bank Indonesia perwakilan Sumatera Barat mengingatkan pemerintah daerah untuk mewaspadai dampak kenaikan BBM bersubsidi terhadap angka inflasi di daerah itu.

"Kenaikan BBM berdampak cukup besar karena merupakan urat nadi perekonomian mengingat semua barang diangkut memakai kendaraan yang menggunakan BBM sehingga mendorong kenaikan harga komoditas inti," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Wahyu Purnama.

Oleh sebab itu ia mengingatkan agar kepala daerah mewaspadai komoditas penyumbang inflasi di daerah dan melakukan upaya pencegahan.

Ia berharap angka inflasi ini tidak bertambah karena target BI tiga plus minus satu dan sekarang sudah melampaui.

Wahyu menilai selain akibat masalah global kenaikan inflasi juga didorong oleh kenaikan bahan bakar bersubsidi.

"Masyarakat juga harus hati-hati, konsumsi jangan terlalu dilepas, harus berhemat karena kebutuhan hidup tetap tapi daya beli berkurang akibat harga naik," kata dia.

Ia melihat jika inflasi terus berlanjut dikhawatirkan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi hingga meningkatnya angka kemiskinan.

"Oleh sebab itu ini harus menjadi kesadaran bersama semua pihak untuk bersama-sama meringankan beban masyarakat," pungkasnya. (Antara)

Load More