Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Kamis, 10 Maret 2022 | 17:12 WIB
Ilustrasi beruang hitam. [Pixabay/ArtTower]

SuaraSumbar.id - Konflik manusia dengan satwa liar jenis beruang madu di Sidang Tangah, Nagari Matua Mudiak, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dipicu akibat kekurangan makanan.

Selain itu, berkurangnya habita satwa bernama latin Helarctos Malayanus, juga menjadi penyebab terjadi konflik dengan manusia.

"Beruang masuk ke permukiman warga untuk mencari makanan berupa buah-buahan di sekitar rumah dan bahkan memakan hasil perkebunan tebu milik warga," kata Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam, Ade Putra, Kamis (10/3/2022).

Menurut Ade, konflik antara manusia dan satwa yang dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya itu, juga akibat lokasi habitatnya sudah berkurang.

Baca Juga: Geger, Sopir Truk Meninggal Dunia Saat Antrean BBM Solar di SPBU Padang

Satwa tersebut mencari lokasi baru dimana adanya sumber makanan cukup banyak. "Konflik manusia dengan satwa ini terjadi sejak Januari 2021 dan bahkan beruang sering nampak oleh warga sekitar," katanya.

KSDA Resor Agam telah melakukan penanganan konflik manusia dengan beruang madu tersebut dengan menurunkan tim.

Penanganan konflik berupa wawancara dengan saksi mata yang melihat beruang madu, identifikasi lapangan, memantau keberadaan satwa dari kotoran, jejak cakaran dan sisa makanan.

"Upaya telah kita lakukan, namun belum berhasil untuk mengevakuasi beruang madu," katanya.

Ade mengimbau warga untuk mengantarkan anak ke sekolah dan pergi ke kebun lebih dari satu orang, agar tidak diserang satwa itu. (Antara)

Baca Juga: Ibu Kota Sumatera Barat Diusulkan Pindah ke Payakumbuh, Politisi PAN Ungkap Alasannya

Load More