Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Selasa, 19 Oktober 2021 | 07:15 WIB
Manduobaleh, tradisi keagamaan warga Agam dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. [Dok.Covesia.com]

SuaraSumbar.id - Berbagai cara dilakukan umat Islam dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi. Ada yang menggelar rangkaian kegiatan keagaam, seperti pengajian hingga dzikir bersama.

Berbeda dengan warga Silayang, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar). Masyarakat di kampung ini justru menggelar rangkaian keagamaan yang dipadu dengan tradisi Minangkabau, yakni dengan malamang dan makan bersama di masjid.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di daerah ini dipadukan dengan lantunan salawat dengan alunan khas diiringi rebana. Hal ini merupakan refleksi dari kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW.

Siang harinya, kegiatan dilanjutkan dengan menggelar tradisi "Manduobaleh" (Menduabelas) yang disemarakkan dengan Dikia Rabano (zikir rebana).

Baca Juga: Kematian Sopir Angkot di Agam Dinilai Janggal, Polisi Periksa Istri Korban

Niniak Mamak Silayang, Yanto Dt Basa mengatakan, manduobaleh ini merupakan wujud rasa syukur kepada Allah SWT dan semangat silaturrahim umat Islam yang tak pernah pupus.

“Ini sudah menjadi agenda tahunan bagi masyarakat Silayang bahkan tradisi Islami ini sangat ditunggu anak-anak dan kaum muda,” katanya, dikutip dari Covesia.com - jaringan Suara.com, Senin (18/10/2021).

Menurutnya, manduobaleh merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang dan rutin dilaksanakan setiap tahun hingga saat ini.

Banyak makna yang terkandung dari kegiatan tersebut, selain meningkatkan keimanan dan kecintaan kepada nabi, peringatan hari besar Islam ini juga sebagai ajang silaturrahmi, serta meningkatkan semangat gotong royong antar sesama masyarakat dan umat Islam.

Dalam kegiatan, pemuda menjadi ujung tombak baik untuk dekorasi, serta bagaimana agar seluruh acara berjalan dengan lancar.

Baca Juga: Sopir Angkot di Agam Tewas Usai Ditusuk Pisau, Anehnya Tak Ada Bercak Darah

Sedangkan kaum ibu, mendapat tugas untuk memasak dan membawa makanan ke masjid menggunakan jamba atau nampan yang nantinya akan disajikan di penutup kegiatan.

Setiap tahunnya, kegiatan ini dilaksanakan sebanyak lima kali di lima rumah ibadah yang berbeda.

Pertama kegiatan manduobaleh dilaksanakan di Masjid Al Huda yang merupakan masjid utama di Silayang. Kemudian dilanjutkan di empat musalla kaum secara bergiliran.

“Meski dilaksanakan di musala kaum, tapi tetap dihadiri seluruh masyarakat Silayang,” tutupnya.

Load More