Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Selasa, 06 Juli 2021 | 12:10 WIB
Ilustrasi vaksin AstraZeneca (Kolase foto/Unsplash/dok. istimewa)

SuaraSumbar.id - Saat sejumlah negara di dunia bimbang dengan pasokan vaksin yang terbatas, Israel memiliki kasus yang berbeda. Mereka memiliki vaksin Pfizer yang nyaris kedaluwarsa dan menawarkannya pada negara lain.

Perdana Menteri Naftali Bennett sudah berbicara dengan kepala eksekutif Pfizer, Albert Bourla tentang kemungkinan kesepakatan pertukaran vaksin.

Menyadur ABC News Senin (05/07), direktur jenderal Kementerian Kesehatan Israel, Hezi Levi mengatakan bahwa dosis akan berakhir pada 31 Juli dan setiap kesepakatan harus mendapat persetujuan Pfizer.

Hingga saat ini, tidak disebut negara mana yang dipertimbangkan tapi kesepakatan yang tak kunjungi ditandatangani menjadi tantangan yang lebih besar untuk mengelola dosis tepat waktu.

Baca Juga: Cerita Mahasiswi Palestina yang Ditahan dalam Penjara Israel: Tubuhku Dibanting!

"Kami sedang bernegosiasi dengan negara lain, kami berurusan dengan ini siang dan malam," kata Levi.

Dia menegaskan bahwa pembicaraan ini sudah dibahas dengan Inggris pekan lalu tapi kesepakatan belum terwujud dan ada sesuatu dari masa lalu.

"Perusahaan dengan senang hati mendiskusikan potensi donasi vaksin Pfizer/BioNTech COVID antara pemerintah berdasarkan kasus per kasus, terutama jika ini membantu memastikan vaksin digunakan untuk melindungi orang dari penyakit ini," jelas juru bicara Pfizer.

Secara keseluruhan, Israel telah memvaksinasi hampir 90 persen orang di atas usia 50 tahun, kelompok yang dianggap berisiko tinggi.

Sekitar seperlima dari semua penduduk Israel yang memenuhi syarat belum memiliki vaksin, menurut data kementerian kesehatan.

Baca Juga: Sebut Israel Akan Hancur, Seorang Dokter di RS Amerika Serikat Dipecat

Sebelumnya, Israel menawarkan vaksin ini kepada Palestina, tapi ditolak karena terlalu dekat dengan tanggal kedaluwarsa. (Suara.com)

Load More