Apa Bahaya Rahim Copot? Dokter Sebut Perempuan Tak Lagi Bisa Punya Anak

Kasus rahim copot yang ramai dibicarakan publik beberapa waktu terakhir kembali mendapat perhatian publik setelah viral diperbincangkan di media sosial.

Riki Chandra
Rabu, 19 November 2025 | 21:10 WIB
Apa Bahaya Rahim Copot? Dokter Sebut Perempuan Tak Lagi Bisa Punya Anak
Ilustrasi rahim perempuan. (Shutterstock)
Baca 10 detik
  • Dokter jelaskan dampak rahim copot terhadap fungsi reproduksi wanita.
  • Rahim copot menyebabkan ketidakmampuan memiliki anak dan menstruasi normal.
  • Penanganan persalinan tidak tepat dapat picu risiko rahim copot.

SuaraSumbar.id - Kasus rahim copot yang ramai dibicarakan publik beberapa waktu terakhir kembali mendapat perhatian publik setelah viral diperbincangkan di media sosial.

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Amarylis Febrina Choirin Nisa Fathoni, menjelaskan sejumlah dampak medis yang dapat dialami wanita. Menurutnya, kondisi rahim copot menyebabkan wanita tidak mampu lagi memiliki keturunan.

“(Pasien) enggak bisa punya anak lagi, kalaupun (rahim) disambung itu agak tricky, karena pembuluh darahnya pasti akan ada yang terlepas dan yang lain sebagainya,” kata Nisa, Rabu (19/11/2025).

Situasi tersebut memperlihatkan bahwa hilangnya rahim berdampak langsung pada proses pembuahan dan juga pada sistem reproduksi secara keseluruhan.

Penjelasan lanjutan yang disampaikan Nisa menunjukkan bagaimana rahim copot menghambat terjadinya pembuahan. Rahim berfungsi sebagai tempat embrio berkembang setelah pembuahan di tuba falopi.

“Embrio akan jalan ke rahim. Kalau rahimnya enggak ada terus jalan ke mana?” ujarnya.

Dalam kondisi ini, peluang memiliki anak menjadi tidak mungkin, sekaligus menunjukkan dampak kehilangan kesuburan pada pasien.

Selain gangguan pada sistem reproduksi, wanita dengan kondisi tersebut juga berpotensi tidak lagi mengalami menstruasi bulanan. Meski demikian, ovarium tetap menghasilkan hormon seperti biasa.

“Sebenarnya tubuh kita masih ovulasi dan (merasa seperti) menstruasi, cuma ya darahnya enggak keluar karena keluarnya darah itu dari lapisan endometrium yang meluruh. Kalau rahimnya tidak ada, endometrium sudah enggak ada,” jelasnya.

Nisa juga menerangkan bahwa rahim ditopang oleh jaringan kuat seperti ligamentum dan struktur penopang lain.

Namun, dalam kasus tertentu, penanganan persalinan yang tidak tepat—misalnya menarik plasenta terlalu cepat, bisa memicu inversio uteri atau kondisi yang sering disalahpahami sebagai inversio uteri maupun kehamilan berisiko.

Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan simpati kepada pasien dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam kasus tersebut. Nisa mengatakan seluruh dokter kandungan selalu berharap proses persalinan berjalan lancar tanpa komplikasi apa pun.

Kasus rahim copot kembali menjadi sorotan setelah pemengaruh dr. Gia Pratama mengunggah temuan tersebut di media sosial.

Unggahan itu memicu diskusi luas dan menimbulkan kekhawatiran publik, sehingga membutuhkan penjelasan profesional agar tidak berkembang menjadi informasi yang salah.

Di akhir penjelasannya, Nisa mengimbau masyarakat untuk selalu memeriksakan kehamilan secara rutin dan memilih tenaga medis yang kompeten untuk meminimalkan risiko terkait kondisi rahim copot maupun komplikasi lainnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini