SuaraSumbar.id - Kasus tragis tewasnya Nia Kurnia Sari, gadis penjual gorengan berusia 18 tahun asal Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, masih belum menemukan titik terang.
Sudah lebih dari sepekan sejak jasad Nia ditemukan terkubur tanpa busana di sebuah perkebunan di Nagari Guguak, Kecamatan 2×11 Kayu Tanam.
Hingga kini, pelaku pemerkosaan dan pembunuhan Nia belum berhasil ditangkap.
Di tengah proses penyelidikan yang masih berlangsung, banyak pihak ingin mengenal lebih dekat sosok Nia, gadis yang tak hanya dikenal sebagai pejuang keluarga, tetapi juga siswa berprestasi di sekolahnya.
Baca Juga:Keluarga Penjual Gorengan Sewa Mediator Jin, Sebut Nia DIkubur Hidup-hidup
Nia merupakan anak yang gigih membantu keluarganya dalam mencari nafkah. Setiap sore sepulang sekolah, ia menjajakan gorengan keliling kampung bersama ibunya.
Mulai pukul 4 sore hingga waktu magrib, Nia tak pernah malu membantu orang tuanya berjualan untuk menyokong kebutuhan keluarga.
Nia baru saja menamatkan pendidikannya di Institut National Safi’i (INS) Kayu Tanam. Di sekolah, ia juga membuka lapak berjualan gorengan tanpa ragu atau gengsi.
Selain dikenal sebagai anak yang pekerja keras, Nia juga memiliki prestasi yang luar biasa di bidang akademik dan non-akademik.
Kepala Sekolah INS Kayu Tanam, Ermizar, mengungkapkan bahwa Nia adalah siswa yang sangat cakap dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya.
Baca Juga:Diburu Polisi! Pelaku Pembunuhan Keji Penjaja Gorengan di Padang Pariaman Diduga Kabur ke Hutan
"Nia adalah siswa yang rajin dan cekatan, nilai-nilai sekolahnya selalu baik setiap semester," ujarnya.
Selama bersekolah, Nia hampir selalu masuk dalam 10 besar, bahkan pernah meraih peringkat satu.
Tak hanya unggul di akademik, Nia juga aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk bela diri dan OSIS.
Semangatnya dalam berprestasi membuatnya menjadi salah satu siswa yang diandalkan di INS Kayu Tanam.
Nia juga dikenal memiliki kecintaan khusus terhadap bahasa. Ia sangat menyukai pelajaran bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris, dan bercita-cita menjadi seorang guru bahasa.
“Dia sangat menguasai pelajaran bahasa, selalu aktif di kelas,” ujar Yulismar, guru Bahasa Indonesia Nia.
Nia tak hanya bersinar di bidang akademik, ia juga berprestasi di bidang silat. Ia pernah menjadi wakil sekolahnya dalam sebuah kompetisi dan berhasil meraih medali.
Semangatnya dalam berkompetisi mencerminkan semangat hidupnya yang luar biasa, baik dalam membantu keluarga maupun dalam berprestasi di sekolah.
Banyak guru, sahabat, dan adik kelas Nia yang masih tak percaya dengan kejadian tragis yang menimpa Nia.
Mereka mengenang Nia sebagai sosok yang periang, ramah, dan tidak pernah malu dengan kondisinya.
"Nia adalah anak yang percaya diri. Dia tidak pernah gengsi menjual gorengan di sekolah, justru hal itu membuat kami bangga," kata salah satu gurunya.
Nia memiliki impian besar untuk menjadi seorang guru bahasa. "Cita-citanya ingin menjadi guru bahasa, dan dia selalu aktif di kelas bahasa," ujar Yulismar.
Semangat Nia dalam belajar, bekerja, dan berprestasi membuat sosoknya begitu dicintai oleh banyak orang.
Kehilangannya membawa duka mendalam, dan keluarga serta orang-orang terdekatnya berharap keadilan segera ditegakkan untuk Nia.
Pihak kepolisian terus melakukan upaya maksimal untuk mengungkap pelaku pemerkosaan dan pembunuhan yang menewaskan Nia, sembari masyarakat menunggu keadilan bagi gadis hebat yang dikenal penuh semangat ini.
Kontributor : Rizky Islam