Ikhtiar Rimba Peduli Menjaga Laut, Sulap Sampah Plastik Jadi BBM hingga Bangun Rumah Pendidikan Lingkungan

Sampah plastik musuh nyata yang masih mencemari laut Indonesia.

Riki Chandra
Kamis, 29 Agustus 2024 | 14:45 WIB
Ikhtiar Rimba Peduli Menjaga Laut, Sulap Sampah Plastik Jadi BBM hingga Bangun Rumah Pendidikan Lingkungan
Komunitas Rimba Peduli di Sungai Pinang, Pesisir Selatan, menyulap sampah plastik menjadi BBM. [Dok.Istimewa]

SuaraSumbar.id - Sampah plastik musuh nyata yang masih mencemari laut Indonesia. Data Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) mengungkap produksi sampah plastik di perairan negeri ini tembus 398.000 ton tahun 2022. Angka itu turun 35,36 persen dibandingkan 2018 yang jumlahnya lebih dari 615 ton.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus menyuarakan "perang" terhadap sampah plastik di perairan Indonesia. Upaya serius pemerintah itu juga dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut yang menargetkan pengurangan sampah plastik di laut hingga 70 persen di tahun 2025.

Meski begitu, kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap sampah juga sangat dibutuhkan. Mustahil laut yang luasnya lebih dari 5,8 juta kilometer persegi itu bersih dari sampah, jika semua tanggungjawab disandangkan ke "pundak" negara. Fakta itu menjadi salah satu alasan lahirnya Komunitas Pengawas Rimba Peduli di Nagari Sungai Pinang, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar).

Komunitas peduli sampah laut itu digagas Reno Putra alias Reno Rimba sejak 2018 atau sebelum hadirnya gerakan Bulan Cinta Laut (BCL) yang digagas pemerintah sejak 2022. Menariknya, sampah plastik laut itu "disulap" jadi bahan bakar minyak (BBM) Solar yang kini telah dimanfaatkan oleh nelayan hingga operasional resort dan penginapan.

"Sudah 6 tahun kami membersihkan sampah plastik laut dan mengubahnya jadi BBM jenis solar. Sekarang komunitas ini dinaungi Yayasan Rimba Indonesia," kata Reno Rimba membuka perbincangan dengan SuaraSumbar.id, Senin (12/8/2024).

Komunitas Rimba Peduli hadir dari keprihatinan Reno Rimba terhadap kondisi kampungnya yang berada di pinggir pantai, penuh dengan sampah plastik. Dia sendiri memiliki sebuah resort di Pulau Marak yang butuh 30 menit perjalanan dengan kapal dari kampung halamannya, Sungai Pinang.

Reno ingin perjalanan tamu-tamunya yang banyak datang dari luar negeri, tidak melihat sampah-sampah berserakan di sepanjang perjalanan menuju Pulau Marak. Kondisi itu tentu saja membuat pengunjung tidak betah berlama-lama di daerah wisata itu. "Saya ingin kampung bersih dari sampah. Pengunjung datang nyaman. Ini menguntungkan untuk masyarakat kami yang hidup dari kunjungan wisata juga," katanya.

Akhirnya, Reno menggagas Komunitas Rimba Peduli. Semuanya berawal dari modalnya sendiri. Gerakan bersih-bersih sampah laut ini awalnya hanya dilakoni 6 orang, termasuk Reno. Perlahan-lahan, masyarakat hingga anak-anak di kampungnya ikut terpancing hingga aktif mengumpulkan sampah.

"Alhamdulillah sampai hari ini. Kami juga sudah sediakan tong sampah di setiap persimpangan jalan di kampung ini, termasuk di pinggir pantai," katanya.

Menariknya, sejak awal menghadirkan Komunitas Rimba Peduli, Reno telah menyiapkan mesin penghancur sampah plastik menjadi BBM Solar. Mesin hidrolik seharga Rp 40 juta itu dibeli dengan uang sendiri dan bantuan sejumlah rekannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini