SuaraSumbar.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadinya deflasi di Sumatera Barat (Sumbar) pada bulan Juli 2024, yang merupakan kabar baik bagi ekonomi regional.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas pangan utama seperti cabai merah, bawang merah, dan daging ayam.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar, Mohamad Abdul Majid Ikram, menyampaikan bahwa penurunan harga ini berdampak positif terhadap peningkatan daya beli masyarakat.
"Kami melihat deflasi sebagai indikator positif yang menunjukkan bahwa harga pangan yang lebih terjangkau membantu meringankan beban ekonomi keluarga di Sumbar," jelas Abdul Majid dalam keterangan tertulisnya.
Baca Juga:Cerita Wakil Sumbar di Sinematografi Teater Tendi Karo Volkano
Faktor-faktor yang menyebabkan deflasi di antaranya adalah peningkatan pasokan komoditas pangan dari dalam dan luar daerah, serta pemulihan infrastruktur jalan di Lembah Anai yang memperlancar distribusi barang. Penurunan tarif angkutan udara juga dikreditkan sebagai salah satu kontributor terhadap deflasi.
Kabupaten Pasaman Barat mencatat deflasi tertinggi di Sumbar pada bulan ini, didorong oleh penurunan harga komoditas pangan yang signifikan dibandingkan dengan daerah lain.
"Ini merupakan hasil dari berbagai inisiatif yang telah kami lakukan, termasuk penyelenggaraan pasar murah, perbaikan infrastruktur jalan, dan peningkatan koordinasi antarlembaga," terang Abdul Majid.
Untuk menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumbar terus berupaya memantau perkembangan harga dan ketersediaan pasokan.
"Kami bertujuan untuk memastikan bahwa inflasi tetap terkendali dan bahwa daya beli masyarakat tidak terganggu," ucap Abdul Majid.
Baca Juga:Jadwal Event Kebudayaan di Sumbar Bulan Agustus sampai September 2024
Deflasi yang terjadi diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi daerah dengan mendorong konsumsi dan investasi.
- 1
- 2