Trauma Banjir Lahar Marapi, Warga Agam Takut Tidur Saat Hujan

Sejumlah warga di Kabupaten Agam, terutama korban terdampak banjir lahar dingin Gunung Marapi mengaku masih trauma dengan peristiwa banjir lahar dingin Gunung Marapi.

Riki Chandra
Kamis, 20 Juni 2024 | 17:36 WIB
Trauma Banjir Lahar Marapi, Warga Agam Takut Tidur Saat Hujan
Rumah rusak diterjang banjir bandang bercampur lahar dingin Gunung Marapi di Jorong Galuang, Nagari Sungai Pua, Agam, Sumatera Barat. [Dok.Antara]

SuaraSumbar.id - Sejumlah warga di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), terutama korban terdampak banjir lahar dingin Gunung Marapi mengaku masih trauma dengan peristiwa banjir lahar dingin Gunung Marapi. Bahkan, mereka kini takut tidur saat terjadi hujan.

"Kalau dulu, saat hujan turun, maka tidur kita akan tambah nyenyak di malam hari. Sekarang tidak, kami takut jika hujan, trauma banjir lahar," ungkap salah satu masyarakat di Jorong Cangkiang, Nagari Batu Taba, Kecamatan Ampek Angkek, Agam, Hatta Rizal, Kamis (20/6/2024).

Ia mengatakan, pasca banjir lahar, warga di kampungnya terpaksa ronda secara bergantian.

Tak hanya menjaga kampung dari resiko pencurian, para warga ini juga terpaksa ronda di pinggir sungai demi memantau ketinggian debit air.

"Ronda makin intens terutama di kala hujan. Jujur saja, kami takut jika banjir kembali terulang," kata dia.

Menurutnya pasca kejadian pada 11 Mei 2024 lalu, sudah sering terjadi peningkatan debit air sungai. Setiap debit air meningkat, warga-warga yang rentan seperti ibu dan anak, mesti diungsikan.

"Bayangkan, kami terpaksa mengungsikan orang tua dan anak-anak di tengah hujan. Meski debit air pada akhirnya terbilang aman, kami tak bisa mengambil resiko. Sekarang saya lihat, banyak warga kami yang terganggu kesehatannya," kata dia.

Selain pola hidup yang berubah, kata dia, saat ini banyak warga di kampungnya, yang terancam kehilangan pekerjaan karena lahan pertanian mereka tertimbun material.

Lahan pertanian yang tertimbun itu sama sekali tak bisa digarap. Seandainya digarap pun, saluran irigasinya telah rusak. Para petani hanya bisa menunggu respon dari pemerintah.

"Saya sangat berharap pemerintah segera merealisasikan pembangunan Sabo Dam di hulu sungai. Jika itu sudah dibangun, maka kecemasan kita akan berkurang. Saat ini semuanya penuh ketidakpastian," harapnya.

Jorong Cangkiang merupakan salah satu wilayah terdampak akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi.

Di kampung ini mengalir sebuah sungai yang bernama Batang Aia Katiak. Sungai ini berhulu dari Nagari Bukik Batabuah atau langsung dari Gunung Marapi.

Banjir lahar 11 Mei lalu mengakibatkan sungai ini meluap dan membanjiri pemukiman. Lebih dari 50 rumah terendam dan puluhan hektar lahan pertanian tertimbun di Jorong Cangkiang. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini