SuaraSumbar.id - Di Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, tradisi membuat makanan khas Minangkabau seperti Lamang saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha terus terjaga.
Namun, proses pembuatan Lamang yang memakan waktu cukup lama sering kali menjadi kendala.
Sebagai alternatif, masyarakat Saniangbaka kini beralih membuat Atun, sajian mirip Lamang yang lebih praktis.
Andri, salah seorang penduduk lokal, menjelaskan, "Di hari raya, kalau tidak sempat membuat Lamang, kami biasanya menggantinya dengan Atun."
Baca Juga:Bupati Warman: Daging Kurban Obati Luka Warga Agam Terdampak Banjir
Atun dibuat dari bahan-bahan serupa dengan Lamang, yaitu sipuluik atau beras ketan, santan, dan pisang godok yang dipotong dadu, namun cara pembuatannya lebih sederhana karena cukup dikukus.
Proses pembuatan Atun dimulai dengan membersihkan beras ketan dan merendamnya dalam air kelapa.
"Kami masak santan sampai mendidih, lalu masukkan beras ketan dan pisang. Tambahkan sedikit garam dan aduk hingga airnya menyusut," ungkap Andri.
Adonan yang sudah matang kemudian dibungkus dengan daun pisang yang telah dipotong kecil-kecil, mirip bungkusan sate namun berukuran lebih mini, dan dikukus selama sekitar 30 menit.
Menurutnya, Atun tidak hanya praktis dalam pembuatan tetapi juga sangat lezat.
Baca Juga:Teladani Nabi Ibrahim, Gubernur Sumbar Ajak Perkuat Tauhid dan Kepedulian di Momen Idul Adha
"Rasanya sangat nikmat, terutama karena santan yang terasa. Lebih mudah dibuat dibandingkan dengan Lamang," tambahnya.
Setelah matang, Atun disajikan sebagai kudapan khas hari raya.
"Kalau nenek-nenek jaman dulu, biasanya memakan Atun dicampur dengan kue gadang, jadi rasanya makin nikmat."
Atun, dengan proses pembuatan yang lebih cepat dan sederhana, kini menjadi alternatif populer bagi warga di Kabupaten Solok saat merayakan hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha, memberikan sentuhan kehangatan dalam setiap perayaan.
Kontributor : Rizky Islam