SuaraSumbar.id - Kisah Jasmine, seorang mahasiswi asal Prancis, telah mencuri perhatian dunia pada tahun 2018 ketika ia memutuskan untuk melelang keperawanannya dengan harga £1 juta atau lebih dari Rp18,5 miliar.
Namun, kisahnya tak berhenti di situ. Jasmine kini mengungkapkan bahwa ia telah jatuh cinta pada pembeli keperawanannya, mengubah hidupnya dengan cara yang tak terduga.
Jasmine, yang saat itu berusia 20 tahun, bercita-cita ingin menjelajahi dunia dan mendirikan bisnisnya sendiri dengan menggunakan uang dari lelang keperawanannya.
Keputusannya untuk melelang keperawanannya sendiri merupakan hal yang tidak pernah terlintas sebelumnya dalam pikirannya. Awalnya, ia berencana menyimpan pengalaman seksual pertamanya untuk saat menikah.
Baca Juga:Cewek Ini Nikahi Chatbot AI Anime Attack on Titan, Romantisme Virtual atau Kelainan Psikologis?
Namun, segalanya berubah ketika Jasmine menemukan Cinderella Escorts, sebuah situs pendamping online yang memungkinkan wanita untuk menjual keperawanannya.
Meskipun berasal dari keluarga religius, Jasmine memilih untuk menjual keperawanannya demi membantu keluarganya, mengunjungi berbagai tempat di dunia, dan memulai bisnisnya sendiri.
Keperawanannya akhirnya dibeli oleh seorang bankir sukses dari Wall Street, New York, yang memilih untuk merahasiakan identitasnya.
Cerita awal Jasmine tentang kencan singkat dan kekayaan yang datang dengannya berubah saat ia jatuh cinta pada bankir New York yang telah membeli keperawanannya.
Jasmine, dengan rambut cokelat dan mata yang indah, tanpa tato atau tindikan, mengakui perasaannya. Saat ini, ia tinggal di Inggris bersama pasangan barunya.
Baca Juga:Heboh! Pasangan Bule Ini Masuk Restoran Tanpa Sehelai Benang pun
Dikutip hari Selasa (13/6/2023), Jasmine menyatakan, "Sebagian besar orang akan menukarkan satu juta untuk mengubah masa lalu jika mereka bisa. Saya senang saya menjual keperawanan saya dan telah bertemu dengan klien saya. Meskipun awalnya agak gugup, akhirnya saya sangat mencintainya. Dia adalah pria sejati yang sangat perhatian terhadap saya."
Meskipun Jasmine dan pasangannya saat ini sedang menjalin hubungan yang kuat, mereka berdua mengakui bahwa masih terlalu dini untuk membicarakan cinta yang mendalam.
Mereka mengatakan bahwa mereka saling menyukai dan akan melihat apa yang terjadi di masa depan. Jasmine juga menyatakan kebahagiaannya karena berhasil menemukan pria yang membeli keperawanannya, yang cerdas, sukses, dan dia senang berhubungan dengan pria yang lebih tua. Mereka berencana untuk menjelajahi dunia bersama.
Jasmine tidak menyembunyikan transaksi penjualan keperawanannya dari teman dan anggota keluarganya.
Dia mengungkapkan bahwa keluarganya mendukung keputusannya dan memahami alasan di balik keputusannya tersebut.
Jasmine tumbuh dalam keluarga yang sangat religius, namun situasi keuangan dan impian masa depannya mendorongnya untuk menjual keperawanannya melalui Cinderella Escorts.
Cinderella Escorts menyatakan bahwa setiap wanita yang ingin menjual keperawanannya harus menyertakan sertifikat dokter yang memverifikasi keperawanan mereka.
Para pembeli yang berminat juga harus memiliki aset minimal 10 juta Euro agar dapat bergabung sebagai pelanggan Cinderella Escorts. Pembeli yang serius harus memberikan deposit 10 persen untuk memastikan keaslian tawaran mereka.
Pertemuan antara pembeli dan wanita yang menjual keperawanannya diatur di Jerman, tempat di mana prostitusi legal, dan pembeli dapat memilih hotel sesuai keinginan mereka.
Karena besarnya jumlah uang yang terlibat dalam penjualan tersebut, pembeli berhak melakukan tes keperawanan oleh dokter yang mereka pilih. Cinderella Escorts juga mengungkapkan bahwa penjualan tertinggi yang mereka lakukan sejauh ini adalah keperawanan seorang wanita bernama Giselle, yang terjual dengan harga £2,1 juta (lebih dari Rp38,8 miliar) kepada seorang pengusaha dari Abu Dhabi.
Kisah Jasmine yang kontroversial ini telah memicu perdebatan di kalangan masyarakat mengenai etika dan moralitas di balik penjualan keperawanan.
Meskipun Cinderella Escorts menyatakan bahwa proses mereka sesuai dengan aturan dan prosedur yang ditetapkan, banyak yang tetap mempertanyakan kesahihan dan implikasi sosial dari praktik semacam ini.
Kontributor : Rizky Islam