SuaraSumbar.id - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), menyoroti maraknya kasus bunuh diri di Bukittinggi dan Kabupaten Agam belakangan ini.
"Sangat disayangkan, miris. Fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari dasar keimanan yang tampaknya mulai rapuh menghadapi tantangan kehidupan," kata Ketua MUI Kota Bukittinggi, Aidil Alfin, Kamis (4/8/2022).
Dia mengatakan, dalam ajaran Islam, bunuh diri dilaknat oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW, ancamannya akan diazab sebagaimana mereka mengakhiri hidupnya.
"Sangat perlu perhatian semua pihak, MUI Bukittinggi mengimbau kembali kepada seluruh da'i, mubaligh dan penceramah untuk mendakwahkan ancaman fenomena ini ke tengah masyarakat," ujarnya.
Menurutnya, Islam mengajarkan agar umat untuk bersyukur saat menerima nikmat dan bersabar saat mendapati ujian dan musibah.
"Kekuatan bersabar dalam menghadapi ujian inilah yang harus didakwahkan lagi kepada warga, kami segera duduk bersama dengan Tokoh Adat dan Masyarakat untuk mengakhiri fenomena ini," katanya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bukittinggi, Marfendi mengimbau kepada seluruh warga agar mampu mencari solusi setiap permasalahan dengan cara mengungkapkan ke orang terdekat dan jangan menyimpannya sendiri.
"Seluruh kehidupan pasti memiliki masalah masing-masing, dan semuanya pasti ada jalan keluar, selain dasar agama yang harus dibenahi, juga perlu mencoba mencari solusi dengan tidak memendam masalah secara sendiri," katanya.
Menurutnya, bunuh diri bukan menyelesaikan masalah tapi hanya akan menambah masalah selanjutnya.
Ia juga menyoroti pentingnya kekuatan kerukunan dalam berumah tangga selain permasalahan ekonomi.
"Kita programkan bagaimana memaksimalkan kekuatan dan peran penting dari seorang Ayah dalam melindungi keluarganya, rumah tangga yang kuat Insya Allah akan selalu terjaga dari permasalahan yang timbul," ujarnya.
Diketahui, kasus bunuh diri menjadi perhatian besar masyarakat karena terjadi dalam waktu berdekatan beberapa bulan terakhir .
Setidaknya, ada delapan kasus bunuh diri yang terjadi sepanjang 2021 hingga 2022 di beberapa daerah di Bukittinggi dan Agam.
Kasus pertama di 2021 terjadi pada April di daerah Manggis Ganting Kota Bukittinggi, selanjutnya di bulan yang sama di Pintu Kabun, Juli terjadi di Lapas Bukittinggi di Biaro dan Lubuk Basung.
Di 2022 kasus yang menjadi perhatian masyarakat luas itu terjadi lagi pertama kali di Januari dengan korbannya warga Lapas di Lubuk Basung, Agam.
Berlanjut ke Juli di Simpang Mandiangin Kota Bukitttinggi dengan korban warga Jakarta yang hingga kini tidak diketahui keluarganya.
Di satu minggu selanjutnya terjadi lagi di daerah Biaro Gadang serta terakhir awal Agustus ini di daerah Kecamatan Guguak Panjang. (Antara)