Petani Sawit di Agam Menjerit, Pilih Tak Panen Gara-gara Harga Makin Anjlok

Harga jual tanda buah segar (TBS) sawit di kalangan petani di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), semakin anjlok.

Riki Chandra
Kamis, 28 Juli 2022 | 16:50 WIB
Petani Sawit di Agam Menjerit, Pilih Tak Panen Gara-gara Harga Makin Anjlok
Warga di Siak membenahi kelapa sawit usai dipanen. [Suara.com/Alfat Handri]

SuaraSumbar.id - Harga jual tanda buah segar (TBS) sawit di kalangan petani di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), semakin anjlok. Bahkan, pekan ini hasil kepala sawit itu hanya dihargai Rp 500 per kilonya.

Salah seorang pemilik kebun sawit di Kecamatan Lubuk Basung, Ir (28) mengatakan, harga beli rendah dari tengkulak ini sudah terjadi sejak 15 hari terakhir, yang sebelumnya Rp 600 per kilo.

"Semakin turun pak, minggu lalu Rp 600 sekarang malah Rp 500 per kilo," katanya, dikutip dari Covesia.com - jaringan Suara.com, Kamis (28/7/2022).

Atas kondisi itu, sebagian masyarakat akhirnya enggan memanen sawit mereka, terutama bagi yang memiliki kebun jauh dari jalan raya.

Baca Juga:Harga Sawit Riau Naik Pelan-pelan, Petani: Semoga Sampai Rp3.000 per Kg

"Biaya panen mahal, belum lagi upah lansir ke tepi jalan, jika dijumlahkan lebih mahal dari harga jual, jadi tidak bisa kami panen," katanya lagi.

Ia berharap kondisi ini bisa menjadi perhatian pemerintah ditambah lagi biaya hidup yang semakin sulit.

Hal itu dibenarkan Salah seorang tengkulak sawit di Kecamatan Lubuk Basung, Amzal, menurutnya, harga jual beli sawit memang selalu berubah hal tersebut tergantung harga dunia, kebutuhan Pabrik pengolah CPO.

"Pengiriman CPO berkurang sehingga pesanan TBS dari pabrik pengolahan juga berkurang sehingga perusahaan menurunkan harga dan pedagang ada tidak membeli TBS," katanya.

Ia mengakui, murahnya harga TBS akibat pabrik tidak membeli TBS milik petani setelah persediaan TBS cukup banyak di pabrik kelapa sawit.

Baca Juga:Harga Sawit Tingkat Petani di Bangka Belitung Naik dari Kisaran Rp350 Jadi Rp900 per Kg

Untuk didaerah setempat lanjutnya, sebagian besar para petani mengambil pupuk dari tengkulak dan dibayar saat panen. Sementara itu untuk proses panen juga masih mengeluarkan biaya hingga pengangkutan hasil panen hingga ke jalan.

Setiap petani di kecamatan Lubuk Basung sudah memiliki tengkulak langganan sendiri, setiap akan panen, petani akan menghubungi tengkulak untuk memanen atau menjual, biasanya setiap 20 hari.

Setiap panen TBS sawit langsung ditimbang dan dibayar, namun ada sebagian petani yang sudah meminta pinjaman karena ada kebutuhan mendadak, biasanya perjanjian dibayarkan saat panen.

Untuk harga beli dari kalangan petani tergantung dari jarak tempuh serta proses panen. Jika panen sawit dilakukan oleh tengkulak, maka harga beli dikurangi upah panen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak