WHO Tolak Vaksin Massal Cacar Monyet, Efek Sampingnya Bisa Picu Kematian

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menolak rencana vaksin massal untuk wabah cacar monyet. Pasalnya, efek samping vaksin tersebut berisiko tinggi hingga memicu kematian.

Riki Chandra
Jum'at, 27 Mei 2022 | 08:15 WIB
WHO Tolak Vaksin Massal Cacar Monyet, Efek Sampingnya Bisa Picu Kematian
Telapak tangan pasien kasus cacar monyet dari Lodja, sebuah kota di dalam Zona Kesehatan Katako-Kombe, terlihat selama penyelidikan kesehatan di Republik Demokratik Kongo pada 1997. [ANTARA/Brian W.J. Mahy/CDC/HO via Reuters/rwa/djo]

SuaraSumbar.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menolak rencana vaksin massal untuk wabah cacar monyet. Pasalnya, efek samping vaksin tersebut berisiko tinggi hingga memicu kematian.

Menurut Kepala Tim Ancaman Patogen WHO Eropa, Richard Pebody, daripada vaksin massal, pola hidup bersih dan sehat, khususnya perilaku seks yang aman, lebih direkomendasikan mencegah cacar monyet.

Mengutip Insider, Kamis (26/5/2022), meski vaksin cacar mampu memberikan perlindungan 85 persen dari cacar monyet, tapi tidak semua orang bisa disuntik vaksin ini.

Ada dua vaksin cacar yang lebih baru dan aman, tapi pasokannya cukup langka, yakni baru ada 1.000 dosis vaksin Jynneos yang dimiliki AS.

Baca Juga:Wabah Cacar Monyet Menyebar, Inggris Datangkan 20 Ribu Dosis Vaksin

Ada juga stok 100 juta dosis vaksin cacar yang dimiliki AS, dan usianya sudah sangat lama, yakni vaksin ACAM2000. Namun vaksin ini diperingatkan para ahli karena berisiko masalah jantung, pembengkakkan otak, kebutaan, dan yang paling parah kematian.

Vaksinasi cacar rutin di AS memang sudah dihentikan pada 1972 atau sudah lebih dari 30 tahun sejak kasus cacar terakhir yang ditemukan. Sehingga bayi saat ini sudah tidak divaksinasi cacar, dan orang terakhir yang divaksinasi cacar massal kini rerata sudah berusia 50 tahun.

Adapun beberapa tanda orang dewasa yang sudah divaksinasi cacar, memiliki bekas luka yang khas di lengan.

Sementara itu, hingga saat belum jelas apa penyebab wabah cacar monyet yang merebak di Eropa. Apalagi disebutkan tidak ada bukti virus penyebab cacar monyet bermutasi.

Di sisi lain, kasus cacar monyet sebagian besar dialami lelaki gay, atau lelaki yang berhubungan seks sesama lelaki.

Baca Juga:Heboh Cacar Monyet Menular Lewat Seks, WHO Rilis Saran Untuk Kelompok Gay dan Biseksual

Ditambah sebagian besar orang yang terinfeksi punya riwayat perjalanan dari Afrika, sehingga kemungkinan besar masih banyak yang belum terdeteksi.

"Jadi kita hanya melihat puncak gunung es," ungkap Pebody. (Suara.com)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini