SuaraSumbar.id - Tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat adalah garda terdepan dalam menghadapi Covid-19. Dalam menjalani tugasnya para tenaga kesehatan ini tentu menghadapi tantangan yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
Seperti yang dialami perawat di Semen Padang Hospital (SPH) di Padang, Sumatera Barat. Diketahui, SPH sejak April 2020 lalu ditetapkan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno sebagai salah satu rumah sakit yang siap menerima pasien COVID-19 selain beberapa rumah sakit lainnya.
Semenjak itu, petugas medis di SPH menjadi lebih sibuk dari biasanya, karena seiring berjalannya waktu jumlah pasien COVID-19 di Sumbar juga semakin bertambah disebabkan oleh penularan virus sempat tak terkendali hingga sempat mencapai ratusan orang terindikasi dalam sehari.
Salah seorang perawat SPH yang bertugas di IGD, Gian Divel Yevosriera mengungkapkan bahwa ada berbagai suka, duka hingga tantangan yang dirasakannya semenjak rumah sakit tempatnya bekerja menerima pasien COVID-19.
Baca Juga:LaporCovid-19: 75,6 Persen Nakes Sama Sekali Belum Terima Insentif
Pria yang akrab disapa Gian ini mengungkapkan untuk suka yang dirasakannya saat menjadi perawat terutama di masa pandemi ada banyak alasan seperti menolong banyak pasien, mendapat berbagai ilmu baru mengenai kesehatan, meningkatkan kekompakan antar tim dengan saling menyemangati dan memberi motivasi.
Sementara untuk duka yang dialaminya yakni mengenai pasien yang berbohong kepada tenaga kesehatan (Nakes) jika mereka ada kontak dengan pasien yang terinfeksi COVID-19, padahal apa yang mereka lakukan juga dapat membahayakan nakes tersebut dan orang disekitarnya. Kemudian duka lain yang dirasakannya seperti opini masyarakat yang masih saja menganggap enteng COVID-19, padahal virus itu sudah banyak yang menginfeksi banyak orang hingga memakan korban.
"Pandemi COVID-19 membuat berbagai pihak menjadi sangat sibuk terutama nakes yang bekerja di rumah sakit agar tidak memakan korban lebih banyak. Tugas nakes menjadi garda terdepan dalam penanganan virus tersebut juga memberikan pengalaman suka duka yang berbeda dari sebelum COVID-19 ada," ujar pria lulusan Stikes Mercubaktijaya Padang ini dilansir dari Covesia.com---jaringan Suara.com.
Selain berbagai suka dan duka yang dilaluinya saat jadi perawat di IGD, Gian mengungkapkan bahwa ada tantangan terberat yang dirasakannya saat bertugas selama masa pandemi ini yaitu penggunaan saat penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
Ia menjelaskan, bahwa waktu penggunaan APD tidaklah sebentar, bisa sampai sekitar 4-5 jam. Selama penggunaan APD tersebut, nakes yang bertugas harus siap untuk menahan panasnya baju APD yang berlapis, menahan haus, lapar hingga menahan keinginan untuk ke toilet.
Baca Juga:Insentif Nakes Dipotong, PKS: Cara Pemerintah Sungguh Tak Manusiawi
"Seperti yang dapat dilihat, APD lengkap yang digunakan nakes itu menjadi tantangan yang cukup besar bagi kami yang bekerja di rumah sakit, terutama di IGD. Sekali dipakai, tidak bisa dilepas-pasang, karena APD itu dipakai itu harus sudah langsung dibuang. APD lengkap itu seperti baju hazmat, masker N-95, faceshield dan sepatu khususnya. ," ujar Gian, perawat yang memiliki hobi bermain basket ini.