SuaraSumbar.id - Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY disebut bodoh oleh Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), Yusuf Leonard Henuk.
Penghinaan ini diberikan setelah AHY berkomentar soal tragedi jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu.
Sebelumnya, Profesor Yusuf juga menghebohkan publik karena menyebut Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai 'Bapak Mangkrak Indonesia'.
Leonard mengkritik keras pernyataan tersebut. Sampai-sampai dia menyebut AHY bodoh sekali. Sentilan menohok itu diutarakan langsung oleh Leonard lewat jejaring Twitter miliknya, @ProfYLH pada Selasa (12/1/2021).
Baca Juga:Pedas! Soal Sriwijaya Air SJ182 Jatuh, Guru Besar USU Sebut AHY Bodoh
"Yth Ketua Umum @PDemokrat, @AgusYudhoyono, @ProfYLH terpaksa harus buktikan memang kau bodoh sekali, karena sepanjang sejarah jatuhnya pesawat di Indonesia, tak pernah ada 'Government Error' penyebabnya, tapi '7 faktor'," ujar Leonard seperti dikutip Suara.com.
"Maaf kau bodoh turunan, belajar lagi AHY!" tandasnya.
Sebelumnya, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyampaikan keprihatiannya atas insiden Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh dan hilang di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).
AHY lewat jejaring Twitter @AgusYudhoyono mengaku berharap akan ada mukjizat agar penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 masih bisa selamat.
"Doa tulus juga kita panjatkan bagi semua, bagi keluarga korban, semoga Allah SWT senantiasa memberikan ketabahan & kekuatan," terang AHY.
Baca Juga:Pedas! Politisi Demokrat Sebut Jokowi Bisa Bangun Indonesia Berkat SBY
Tidak berhenti sampai di situ, AHY juga mengatakan, tragedi pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh seharusnya menjadi peringatan bagi pemerintah.
Kata AHY, pihak-pihak terkait seharusnya meningkatkan standar keselamatan transportasi di Indonesia.
"Bencana ini menjadi peringatan bagi pemerintah dan kita semua untuk terus tingkatkan standar keselamatan transportasi di Indonesia. - Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)," tandasnya Minggu (10/1/2021).
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021). Hingga kini, upaya pencarian korban masih diupayakan.
Selain itu, saat ini masih diteliti lagi kronologi dan penyebab kecelakaan pesawat tersebut.
Namun, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menduga pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, tidak meledak di udara.
Dugaan ini muncul karena mesin pesawat Sriwijaya Air dengan jenis Boeing 737-500 registrasi PK-CLC masih hidup sebelum pesawat nahas itu membentur permukaan air laut di kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta.
Dugaan itu berdasar data radar (ADS-B) dari Perum LPPNPI (Airnav Indonesia).
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyatakan dari data tersebut, tercatat pesawat mengudara pada pukul 14.36 WIB, terbang menuju arah barat laut dan pada pukul 14.40 WIB pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki, kemudian pesawat mulai turun dan data terakhir pesawat pada ketinggian 250 kaki.
"Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Dari data ini kami menduga bahwa mesin dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air," kata Soerjanto dalam keterangan resmi KNKT, Selasa (12/1/2021).
(Suara.com)