Riki Chandra
Sabtu, 27 Desember 2025 | 19:12 WIB
Jembatan Krueng Tingkeum yang menjadi konektivitas Aceh-Medan dipulihkan pascabencana. [Dok. Kementerian PU]
Baca 10 detik
  • Kementerian PU percepat pemulihan konektivitas Aceh pascabencana.
  • Jembatan darurat jadi solusi cepat sambungkan jalur terputus.
  • Pembangunan jembatan permanen segera dimulai usai fase darurat.

SuaraSumbar.id - Konektivitas Aceh menjadi target utama setelah banjir dan longsor merusak sejumlah infrastruktur penghubung di Provinsi Aceh. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menegaskan langkah cepat menjadi kunci agar aktivitas masyarakat serta distribusi bantuan kemanusiaan dapat kembali berjalan normal.

Melalui Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PU memastikan Konektivitas Aceh Pulih menjadi fokus utama dalam fase tanggap darurat. Penanganan dilakukan secara berlapis, dimulai dari solusi darurat untuk menyambungkan jalur terputus, sebelum masuk ke tahap rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur permanen.

Direktur Pembangunan Jembatan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PU, Rakhman Taufik, menyampaikan bahwa kecepatan penanganan sangat menentukan keberhasilan pemulihan. Menurutnya, Konektivitas Aceh Pulih harus segera diwujudkan meskipun masih menggunakan infrastruktur sementara.

Ia menjelaskan, langkah awal yang wajib dilakukan adalah memastikan akses transportasi kembali tersambung agar mobilitas warga tidak terisolasi dan penyaluran bantuan dapat berlangsung tanpa hambatan.

"Tentu yang pertama kita harus menangani secara darurat terlebih dahulu. Apapun itu yang kita lakukan bisa dengan jembatan kayu atau dengan timbunan atau dengan boks atau misalnya dengan jembatan panel-panel darurat seperti di sini," jelas Rakhman.

Dalam fase tanggap darurat, aspek fungsional menjadi prioritas utama. Infrastruktur yang dibangun tidak harus bersifat permanen, namun harus mampu digunakan dengan aman oleh masyarakat.

"Yang penting jalan segera terhubung kembali. Kemudian kita juga mencari jalur-jalur alternatif," tambahnya.

Pendekatan tersebut diterapkan saat Jembatan Krueng Tingkeum di Kabupaten Bireuen mengalami putus total. Kementerian PU tidak hanya membangun jembatan darurat di lokasi utama, tetapi juga bergerak cepat memperbaiki jalan kabupaten serta memasang jembatan panel di jalur alternatif guna menjaga arus lalu lintas tetap berjalan.

"Sebagai contoh waktu jembatan Krueng Tingkeum ini putus, kita juga memperbaiki jalan kabupaten dan kita memasang jembatan panel darurat di Awe Geutah," ungkap Rakhman.

Lebih lanjut, Rakhman menekankan bahwa percepatan pemulihan Konektivitas Aceh Pulih tidak lepas dari sinergi berbagai pihak. Kolaborasi lintas sektor dinilai menjadi faktor penentu agar proses pemulihan berjalan efektif di tengah kondisi darurat.

Kementerian PU, kata dia, mengoptimalkan seluruh sumber daya yang tersedia. Dukungan dari penyedia jasa konstruksi hingga keterlibatan aparat keamanan seperti TNI menjadi bagian penting dalam upaya menyambungkan kembali akses masyarakat.

"Kemudian selain itu strategi kita adalah kita mencari sumber daya. Sumber daya itu artinya ada dari penyedia jasa, ada dari TNI juga kita sama-sama berkolaborasi. Sehingga konektivitas untuk masyarakat bisa segera tersambung," tegasnya.

Terkait pengoperasian jembatan panel darurat Krueng Tingkeum, Rakhman menjelaskan bahwa sebelum digunakan penuh oleh masyarakat, dilakukan uji beban untuk memastikan keamanan struktur jembatan.

"Ya, tadi malam kita selesaikan semua panel-panelnya kemudian kita lakukan uji beban dengan beban sekitar 38 ton ya. Memenuhi syarat, tetap harus ada pembatasan. Ya. Ini namanya juga jembatan panel darurat. Jadi kita batasi beratnya. Mungkin akan kita umumkan besok beratnya," paparnya.

Setelah fase darurat rampung dan Konektivitas Aceh Pulih, Kementerian PU memastikan langkah lanjutan telah disiapkan. Pemerintah akan segera masuk ke tahap rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai solusi jangka panjang.

Load More