Riki Chandra
Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:30 WIB
Ilustrasi ikan mati massal di Danau Maninjau. [Dok. Istimewa]
Baca 10 detik
  •  Ribuan ton ikan nila mati massal di Danau Maninjau.

  • Kerugian petani capai puluhan miliar rupiah.

  • Cuaca ekstrem picu upwelling dan kekurangan oksigen.

SuaraSumbar.id - Kematian ikan Danau Maninjau kembali mencatat angka mencengangkan. Bencana hidrometeorologi yang melanda wilayah Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), menyebabkan ribuan ton ikan di keramba jaring apung mati massal hingga menimbulkan kerugian ekonomi puluhan miliar rupiah bagi petani setempat.

Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Agam mencatat, kematian ikan Danau Maninjau mencapai total 1.428,73 ton. Seluruh ikan yang mati merupakan ikan nila di keramba jaring apung dengan ukuran siap panen. Dampak finansialnya pun besar, dengan estimasi kerugian mencapai Rp 32,86 miliar.

"1.428,73 ton ikan mati dengan jenis nila di keramba jaring apung Danau Maninjau dengan ukuran siap panen," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam, Rosva Deswira, Sabtu (20/12/2025).

Menurut Rosva, kematian ikan Danau Maninjau tersebut tersebar di sejumlah nagari yang berada di sekitar danau. Lokasi terdampak meliputi Nagari Sungai Batang, Tanjung Sani, Duo Koto, Maninjau, serta Koto Gadang Anan Koto. Puluhan petani keramba jaring apung di wilayah tersebut terdampak langsung.

Akibat kejadian ini, para petani mengalami kerugian besar karena ikan yang mati sejatinya sudah siap dipanen. Harga ikan nila di tingkat petani berada di kisaran Rp25 ribu per kilogram.

"Petani mengalami kerugian cukup besar dan ini kematian ikan paling banyak semenjak tiga tahun terakhir," katanya.

Lebih lanjut, Rosva menjelaskan bahwa kematian ikan Danau Maninjau dipicu oleh bencana hidrometeorologi. Curah hujan tinggi yang disertai angin kencang menyebabkan perubahan kondisi perairan Danau Maninjau yang merupakan danau vulkanik.

Kondisi cuaca ekstrem itu memicu fenomena upwelling, yakni pembalikan massa air dari dasar danau ke permukaan. Akibatnya, kandungan oksigen di dasar danau menurun drastis. Ikan-ikan di keramba jaring apung pun mengalami stres dan kekurangan oksigen.

“Setelah itu, ikan di keramba jaring apung menjadi pusing dan ikan mencari udara dipermukaan danau dan beberapa jam mati,” jelasnya.

“Ikan pusing dan mati. Petani keramba jaring apung tidak bisa menyelamatkan ikan miliknya,” tambah Rosva.

Untuk menekan dampak lanjutan, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam telah mengeluarkan surat imbauan dan edaran kepada petani. Sosialisasi pencegahan dan penanggulangan kematian ikan Danau Maninjau juga terus dilakukan agar kejadian serupa tidak kembali terulang dan kerugian petani dapat diminimalisir. (Antara)

Load More