Riki Chandra
Selasa, 21 Oktober 2025 | 20:20 WIB
Ilustrasi pengecekan gula darah. [Dok. Istimewa]
Baca 10 detik
  •  Gaya hidup modern dan makanan cepat saji tingkatkan risiko diabetes.

  • Kurang olahraga dan begadang karena gadget ganggu metabolisme tubuh.

  • Pemeriksaan rutin dan pola hidup sehat cegah komplikasi diabetes tipe 2.

SuaraSumbar.id - Gaya hidup modern yang serba cepat dan praktis kini menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya angka penderita diabetes di Indonesia.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr Timoteus Richard, mengungkapkan bahwa pola hidup masyarakat yang minim gerak dan sering mengonsumsi makanan cepat saji memicu risiko penyakit metabolik ini.

“Banyak pasien tidak sadar bahwa kebiasaan sederhana seperti sering makan fast food, kurang olahraga, atau begadang karena gadget bisa memicu terjadinya diabetes,” kata Timoteus dalam keterangannya, dikutip dari Antara, Selasa (21/10/2025).

Menurutnya, makanan cepat saji umumnya tinggi kalori, gula, garam, dan lemak jenuh, tetapi miskin serat serta nutrisi penting. Jika dikonsumsi berlebihan, tubuh akan menyimpan energi berlebih sebagai lemak, terutama di perut. Kondisi ini dapat menyebabkan resistensi insulin yang menjadi penyebab utama diabetes tipe 2.

Selain dari pola makan, penggunaan gadget berlebihan juga turut memperburuk kondisi. Aktivitas pasif karena terlalu lama duduk di depan layar membuat metabolisme tubuh melambat dan lemak menumpuk.

“Paparan layar sebelum tidur juga mengganggu kualitas istirahat, meningkatkan hormon stres, dan akhirnya mengacaukan kadar gula darah,” jelasnya.

Gejala awal diabetes kerap tidak disadari, seperti sering haus, mudah lelah, penurunan berat badan tanpa sebab, hingga luka yang sulit sembuh. Karena itu, dr Timoteus mengimbau masyarakat untuk rutin memeriksa kadar gula darah agar penyakit dapat terdeteksi lebih dini.

“Diabetes sering kali berkembang tanpa gejala jelas. Dengan pemeriksaan rutin dan pola hidup sehat, risiko komplikasi seperti gangguan jantung, ginjal, atau saraf dapat ditekan secara signifikan,” ujar Timoteus.

Dia mengatakan, perubahan kecil dalam rutinitas harian dapat memberi dampak besar dalam pencegahan. Misalnya dengan membatasi konsumsi makanan cepat saji, mengatur waktu penggunaan gawai, berolahraga ringan minimal 30 menit setiap hari, serta tidur cukup 7–8 jam per malam.

Dengan langkah sederhana tersebut, masyarakat diharapkan lebih sadar bahwa kesehatan bukan hanya soal pengobatan, tetapi juga kebiasaan hidup bijak dalam menghadapi tantangan gaya hidup modern yang serba instan.

Load More