-
Perjalanan pulang terasa cepat karena ekspektasi rendah, bukan rute familiar.
-
Psikolog ungkap, berangkat optimis, pulang santai; ciptakan ilusi waktu.
-
Efek perjalanan pulang itu ilusi psikologis, beri perasaan positif.
SuaraSumbar.id - Sebuah fenomena menarik yang dialami hampir semua orang terus menjadi misteri psikologis. Fenomena itu adalah tentang perjalanan pulang selalu terasa lebih cepat daripada perjalanan pergi. Padahal, jarak dan waktu tempuhnya persis sama.
Perasaan yang dikenal sebagai "Efek Perjalanan Pulang" ini, kini semakin diperjelas oleh sains bahwa kuncinya bukan sekadar familiaritas rute, melainkan permainan pikiran di balik ekspektasi seseorang.
Mengutip berbagai sumber, salah satu teori paling populer menyebutkan bahwa perjalanan pulang terasa lebih singkat karena otak sudah mengenali rute yang dilewati (familiarity with the route).
Logikanya, pengenalan tempat-tempat di sepanjang jalan membuat proses perjalanan terasa kurang baru dan lebih cepat.
Namun, teori itu dibantah oleh Niels van de Ven, seorang psikolog dari Universitas Tilburg, Belanda.
"Ketika saya naik pesawat terbang, saya juga merasakan hal ini, padahal saya tidak mengenali apa pun dalam perjalanan itu," kata van de Ven.
Pengalaman pribadinya ini mendorongnya untuk meragukan bahwa keakraban rute adalah faktor tunggal. Ia pun melakukan serangkaian eksperimen yang hasilnya sangat mengejutkan dan memberikan jawaban psikolog yang lebih mendalam.
Dalam salah satu eksperimennya, van de Ven melibatkan sejumlah pesepeda menuju pekan raya. Pesepeda ini dibagi dua kelompok saat kembali, yakni kelompok pertama melalui rute yang sama, dan kelompok kedua melalui rute berbeda dengan jarak tempuh yang setara.
Jika teori keakraban benar, hanya kelompok rute sama yang seharusnya merasa lebih cepat. Faktanya, kedua kelompok sama-sama merasa perjalanan pulang lebih cepat.
Menurut van de Ven, penjelasan yang lebih masuk akal terletak pada ekspektasi seseorang.
"Sering kali kita melihat orang-orang terlalu optimistis ketika mereka mulai bepergian," ujarnya.
Saat berangkat, orang cenderung meremehkan waktu tempuh sebenarnya, sehingga ketika tiba di tujuan, dia merasa perjalanan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.
Sebaliknya, ketika akan kembali pulang, orang cenderung tidak lagi memasang ekspektasi tinggi atau bahkan secara bawah sadar sudah menyesuaikan diri dengan durasi tempuh yang lebih lama dari perkiraan awal. Alhasil, perjalanan pulang terasa lebih cepat.
Michael Roy, psikolog dari Elizabethtown College dan rekan penulis penelitian di jurnal Psychonomic Bulletin and Review, sepakat bahwa ekspektasi memainkan peran besar.
"Ini semua tentang ekspektasi Anda, apa yang Anda pikirkan saat tiba," katanya.
Berita Terkait
-
KPK Periksa Ria Norsan soal Korupsi Jalan, Istri yang Jadi Bupati Mempawah Tak Ikut Diperiksa
-
Diam-Diam KPK Periksa Gubernur Kalbar, Dalami Soal DAK Hingga Proyek Pembangunan Jalan
-
Periksa Wakil Bupati Mempawah, KPK Cecar Soal Produk Hukum Terkait Pembangunan Jalan
-
Detik-detik Mencekam di Daan Mogot: Pemotor Oleng, Terjatuh, Lalu Tewas Terlindas Truk Boks
-
Ternyata Ini Waktu Terbaik untuk Minum Kopi agar Energi Full Sepanjang Hari
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Misteri Waktu, Kenapa Perjalanan Pulang Terasa Lebih Cepat? Ini Kata Psikolog
-
Bahaya Bantal Tidur Tak Diganti, Benarkah Bisa Picu Infeksi Paru-Paru?
-
Bolehkah Muslim Masak Pakai Mirin? Bumbu Jepang Beralkohol, Ini Fatwa Muhammadiyah
-
Bongkar Pembalakan Liar di Mentawai, 11 Alat Berat hingga 7 Truk Disita!
-
Tragedi Gempa Sumbar 2009, Benarkah Masalah Desain Penyebab Bangunan Ambruk? Ini Kata Pakar