SuaraSumbar.id - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyesalkan langkah Polda Sumatera Barat (Sumbar) yang menghentikan penyelidikan kasus kematian Afif Maulana (13), pelajar SMP asal Kota Padang, yang ditemukan tewas di bawah Jembatan Kuranji pada 9 Juni 2024 lalu.
Anggota KPAI, Diyah Puspitarini menilai bahwa keputusan menutup penyelidikan terlalu terburu-buru.
“KPAI menyesalkan sikap Polda Sumbar yang dengan gegabah menutup kasus dan mengambil kesimpulan bahwa AM menjatuhkan diri dari Jembatan Kuranji,” ujar Diyah, Selasa (12/8/2025).
Pernyataan itu disampaikan bertepatan dengan setahun ekshumasi jenazah AM yang dilakukan pada 8 Agustus 2024. Hingga kini, hasil otopsi yang dilakukan tim medis belum diberikan kepada keluarga korban.
“Tanggal 8 Agustus 2025 genap satu tahun sudah kita memperjuangkan hak AM untuk ekshumasi penyebab kematiannya. Sangat tidak mudah yang dihadapi, namun hingga saat ini keadilan belum didapatkan. Bahkan hasil otopsi juga belum diberikan kepada pihak keluarga,” tegas Diyah.
Kematian Afif Maulana bertepatan dengan patroli polisi yang tengah mengamankan aksi tawuran di Kota Padang. Sejumlah pihak menduga korban meninggal akibat penganiayaan oleh aparat.
Namun, Tim Ekshumasi Perhimpunan Dokter Forensik Medikolegal Indonesia (PDFMI) menyimpulkan penyebab kematian adalah jatuh dari ketinggian 14,7 meter Jembatan Kuranji dan bukan karena penganiayaan.
Berdasarkan temuan itu, Polda Sumbar menghentikan penyelidikan. KPAI menolak kesimpulan tersebut dan meminta agar kasus dibuka kembali.
“Sejak awal KPAI tegas meminta Apsifor dilibatkan, namun tidak ada respons, begitu juga masukan dari LNHAM yang diabaikan, termasuk surat-surat dari KPAI,” kata Diyah.
KPAI menegaskan perjuangan mencari keadilan untuk Afif Maulana akan terus dilanjutkan.
“Perjuangan untuk AM tidak akan padam. Hak anak yang sudah meninggal dunia adalah mendapatkan kejelasan penyebab kematiannya dan jangan sampai terstigma negatif. Jangan sampai ada AM-AM lain di masa depan,” pungkasnya. (Antara)
Berita Terkait
-
Anak-Anak Keracunan, Belatung Ditemukan, Mengapa Program MBG Tak Juga Dihentikan?
-
Ibu dan 2 Anak Tewas di Bandung, KPAI: Peringatan Serius Rapuhnya Perlindungan Keluarga
-
KPAI Sebut Kasus Tewasnya Ibu dan 2 Anak di Bandung Berkategori Filisida Maternal, Apa Itu?
-
KPAI Ungkap 'Filisida Maternal' di Balik Tragedi Ibu Racuni 2 Anak, Desak Polisi Usut Wasiat Pilu
-
Komnas HAM hingga LPSK Desak Polisi Bebaskan Ribuan Pendemo: Hentikan Represi, Hormati HAM!
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Pilih Gabung Klub Antah Berantah, Persis Solo Kena Tipu Eks Gelandang Persib?
-
Tema dan Pedoman Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2025
-
Emas Antam Tembus Level Tertinggi Lagi, Hari Ini Dibanderol Rp 2.234.000 per Gram
-
Tata Cara Menaikkan Bendera Setengah Tiang dan Menurunkan Secara Resmi
-
Harga Emas Hari Ini: UBS dan Galeri 24 Naik, Emas Antam Sudah Tembus Rp 2.322.000
Terkini
-
Apa Bahaya Makan Pedas Terlalu Sering? Ini Penjelasan Ahli
-
Pemanis Nol Kalori, Benarkah Lebih Sehat dari Gula?
-
10 Kata "Terlarang" di Mesin Pencarian Google, Ini Alasannya
-
Bawaslu Agam Temukan Warga Meninggal Dunia Masih Masuk Daftar Pemilih, Ini Penyebabnya
-
BNPB Pastikan EWS Gunung Marapi Berfungsi Optimal, 5 Sabo Dibangun Tahun Ini