SuaraSumbar.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat (Sumbar) mulai melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang meluas di wilayah tersebut.
Dalam operasi yang berlangsung mulai 25 hingga 29 Juli 2025, sebanyak 10 ton Natrium Klorida (NaCl) atau garam dapur disiapkan untuk disemai melalui udara.
“Untuk hari pertama, BMKG bersama BNPB, BPBD Provinsi Sumbar serta pihak aviasi menggelar operasi modifikasi cuaca. Sorti pertama membawa satu ton NaCl,” ujar Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan, Jumat (25/7/2025).
Dalam lima hari operasi, setiap harinya ditargetkan dua kali penerbangan pada pagi dan sore, masing-masing membawa satu ton garam.
Garam ini akan disemai di wilayah yang memiliki potensi awan cukup tinggi untuk menstimulasi hujan buatan dengan intensitas ringan hingga sedang, sekitar 20–50 milimeter per hari.
Langkah ini diambil menyusul peningkatan jumlah hotspot di Sumatera Barat yang terpantau oleh satelit. Beberapa kabupaten yang menjadi prioritas penyemaian antara lain Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, dan Tanah Datar.
“Target utama adalah wilayah-wilayah yang tercatat banyak terjadi hotspot maupun fair spot,” kata Desindra.
Kondisi kekeringan yang terjadi di sejumlah wilayah juga memperkuat urgensi operasi ini. Berdasarkan data BMKG, beberapa daerah di Sumbar telah mengalami hari tanpa hujan selama 30 hingga 60 hari, mendekati kategori ekstrem. Kabupaten Solok menjadi salah satu daerah yang mengalami kekeringan terparah.
Operasi modifikasi cuaca ini juga mendukung status tanggap darurat yang telah ditetapkan di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten Solok. Menurut BMKG, momentum ini tepat karena masih terdapat potensi pertumbuhan awan selama tiga hari ke depan di wilayah target.
“Kami berharap bibit-bibit awan ini bisa menjadi awan hujan sehingga turun hujan di wilayah-wilayah yang sangat kekeringan,” kata Desindra.
Intervensi ini diharapkan mampu menurunkan jumlah hotspot serta mengurangi risiko penyebaran karhutla yang dapat mengancam ekosistem dan kesehatan masyarakat.
Jika operasi ini berhasil, model serupa berpotensi diterapkan di provinsi lain yang mengalami kondisi serupa, mengingat musim kemarau diprediksi masih akan berlangsung hingga akhir Agustus. (Antara)
Berita Terkait
-
Cuaca Hari Ini: Jakarta dan Sekitarnya Hujan Hingga Malam Hari
-
Prediksi Cuaca Hari Ini 27 Oktober 2025: Hujan Lebat Merata di Indonesia
-
Cuaca Ekstrem dan Suhu Panas Landa Indonesia, Waspada di Tiga Provinsi Siaga
-
Menhut Klaim Karhutla Turun Signifikan di Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo, Ini Kuncinya
-
Soal Mikroplastik di Hujan Jakarta, BMKG: Bisa Terbawa dari Wilayah Lain
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
Terkini
-
7 Tanda Tubuh Stres Gegara Olahraga Berlebihan, Bahaya Bagi Kesehatan!
-
7 Manfaat Rebusan Kunyit Jahe Sereh, Minuman Herbal untuk Jaga Daya Tahan Tubuh!
-
5 Cara Masak Mi Instan yang Sehat, Cita Rasa Tetap Menggugah!
-
Pembangunan Jalan Bypass Bukittinggi-Koto Baru Dilanjutkan, Solusi Atasi Kemacetan Parah!
-
Pemerintah Pusat Janji Kebut Pembangunan Flyover Sitinjau Lauik, Ini Kata Gubernur Sumbar