SuaraSumbar.id - Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar) melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) mulai mengeruk Bendungan Cangkiang di Nagari Batu Taba, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam.
Pengerukan dilakukan sebagai upaya mitigasi bencana menyusul pendangkalan akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi yang terjadi pada tahun 2024 lalu.
Wali Nagari Batu Taba, Rahmat Hidayat mengatakan, pengerukan dimulai pada Rabu (23/7/2025) dan akan berlangsung selama 15 hari ke depan.
Dua alat berat dari BWS Sumbar telah dikerahkan untuk mengevakuasi material pasir hitam dari bendungan yang memiliki luas genangan 3,5 hektare itu.
“Benar, pengerukan dimulai hari ini. Dua alat berat sudah bekerja di dalam bendungan,” ujarnya.
Pendangkalan di Bendungan Cangkiang cukup parah, karena menjadi titik akhir penampungan material lahar dingin Gunung Marapi.
Pengerukan dilakukan hingga kedalaman dua meter, dengan target pengangkatan material mencapai 6.000 kubik dari total material yang tertimbun sekitar 23 ribu kubik.
“Pengerukan ini merupakan bagian dari mitigasi bencana, mengingat pendangkalan yang terjadi di bendungan,” jelas Rahmat.
Bendungan Cangkiang sebelumnya telah dua kali dikeruk pasca banjir galodo. Ini merupakan pengerukan ketiga kalinya sebagai langkah preventif mengurangi potensi banjir jika Gunung Marapi kembali mengalami erupsi atau hujan deras turun di wilayah hulu.
Tokoh masyarakat Cangkiang, Rizal Sutan Mangkuto (37), menyambut baik pengerukan tersebut namun menyoroti perlunya pengerukan menyeluruh hingga ke hulu aliran sungai.
“Kita juga harapkan aliran sungai menuju bendungan dikeruk sebagai antisipasi banjir jika turun hujan. Kondisi saat ini sudah dangkal dan tentu bikin cemas masyarakat,” ungkap Rizal.
Ia menekankan bahwa aliran sungai lebih dekat ke pemukiman dibanding bendungan, sehingga pengerukan aliran sungai juga mendesak untuk mencegah banjir lahar dingin.
Pemerintah provinsi sebelumnya menyatakan bahwa penanganan banjir lahar dingin Gunung Marapi menjadi prioritas karena sejumlah daerah di Agam dan Tanah Datar terdampak parah sejak Mei 2024.
Menurut data BNPB, total korban meninggal dunia akibat bencana tersebut mencapai 67 orang, dengan puluhan rumah rusak dan ribuan warga mengungsi.
Langkah pengerukan ini diharapkan tidak hanya mengurangi risiko bencana, tapi juga memperlancar aliran air menuju hilir dan meminimalkan potensi luapan saat musim hujan. (Antara)
Berita Terkait
-
Calvin Verdonk Kirim Bantuan untuk Korban Banjir Bandang Sumatera
-
Hasil Rapat Evaluasi Merekomendasikan Perpanjangan Masa Tanggap Darurat Bencana di Sumut
-
Hasto PDIP: Bencana Alam Tak Lepas dari Korupsi SDA dan Mafia Kekuasaan
-
Suasana Pasca Banjir Bandang di Sumatera
-
Menunjuk Hidung Menteri di Balik Bencana Sumatra, Siapa Paling Bertanggung Jawab?
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
24 Korban Banjir Bandang Tak Teridentifikasi Disalatkan di Masjid Raya Sumbar, Dimakamkan di Padang
-
4 Jorong Terisolir di Palupuh Agam, Tanah Longsor Putus Total Akses Jalan Agam-Limapuluh Kota
-
Kebut Penanganan Bencana, Alokasi Khusus BBM Solar di Sumbar Ditambah 310.800 Liter
-
5 Sabun Cuci Muka untuk Memutihkan Wajah, Paling Ampuh dan Harga Terjangkau
-
5 Body Lotion Kolagen Murah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Kencang dan Lembap!