Riki Chandra
Senin, 09 Juni 2025 | 19:10 WIB
Kolase tiga pelajar asal Sumbar lolos ITB. [Dok. Website itb.ac.id]

SuaraSumbar.id - Tiga pelajar asal Sumatera Barat (Sumbar) berhasil menembus salah satu kampus terbaik di Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB), melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

Mereka adalah Nauli Al Ghifari dan Devit Febriansyah dari SMAN 1 Bukittinggi, serta Deka Fakira Berna dari SMAN 1 Padang.

Ketiganya diterima di ITB berkat prestasi akademik yang membanggakan meskipun berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang sangat terbatas.

Keberhasilan tiga pelajar asal Sumbar ini jadi sorotan setelah Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T, langsung mengunjungi kediaman ketiga calon mahasiswa tersebut ke Ranah Minang.

Dalam kunjungannya, Prof. Tata tak hanya memberikan motivasi, tetapi juga menyampaikan komitmen ITB untuk terus membuka akses pendidikan tinggi bagi pelajar berprestasi dari berbagai penjuru Indonesia.

"Di kampus nanti, kalian akan bertemu banyak mahasiswa hebat. Harus tetap berusaha yang terbaik dan jangan putus asa," ujar Rektor ITB, Prof. Tata, dikutip dari website resmi ITB, Senin (9/6/2025).

Nauli Al Ghifari Anak Penjual Pakaian Bekas di Bukittinggi

Nauli Al Ghifari diterima di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) ITB.

Ayahnya bernama Pananuhon. Sehari-hari berjualan pakaian bekas di Pasar Atas Bukittinggi.

Nauli Al Ghifari. [Dok. Istimewa]

Dalam satu tahun, omzet usaha kecil keluarga ini hanya sekitar Rp 8 juta, dengan tabungan tak lebih dari Rp 1,5 juta.

Meski demikian, semangat belajar Nauli tak pernah surut hingga akhirnya ia berhasil menembus ITB.

Sebagai bentuk dukungan, PT Paragon Technology and Innovation memberikan bantuan berupa satu unit laptop dan uang tunai Rp 5 juta kepada Nauli, guna mendukung proses keberangkatannya ke Bandung.

Devit Febriansyah Dibantu Warga Satu Kampung

Berbeda dengan Nauli, Devit Febriansyah diterima di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI-ITB).

Ia merupakan satu-satunya siswa dari Kecamatan Malalak yang lolos ke ITB lewat jalur SNBP tahun 2025.

Devit Febriansyah. [Dok. Istimewa]

Ayah dan ibunya, Doni Afrijal dan Julimar, bekerja sebagai kuli angkut kayu manis, dengan penghasilan yang tidak menentu.

Menyadari potensi besar Devit, warga sekampung di Malala bergotong royong menggalang dana secara sukarela untuk membiayai keberangkatannya ke Bandung.

PT Paragon juga memberikan dukungan serupa seperti kepada Nauli.

Deka Fakira Berna

Deka Fakira Berna, siswa SMAN 1 Padang, diterima di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB.

Keberhasilannya melanjutkan tradisi sekolahnya dalam melahirkan siswa unggul yang menembus kampus-kampus ternama di Indonesia.

Deka Fakira Berna. [Dok. Istimewa]

Meskipun tidak dijelaskan secara rinci latar belakang ekonominya, Deka juga mendapatkan beasiswa KIP-Kuliah, sama seperti Nauli dan Devit.

Beasiswa KIP-Kuliah merupakan bentuk program bantuan dari pemerintah untuk mahasiswa dari keluarga prasejahtera agar dapat melanjutkan pendidikan tinggi.

Program ini merupakan kelanjutan dari beasiswa Bidikmisi, yang bertujuan menjamin akses setara terhadap pendidikan berkualitas.

Kunjungan Rektor ITB ke Sumatera Barat turut didampingi oleh sejumlah tokoh pendidikan dari ITB. Di antaranya adalah Imam Santoso dari Kelompok Keahlian Teknik Metalurgi FTTM ITB, Prof Sophi Damayanti dari Sekolah Farmasi sekaligus Direktur Kealumnian dan Pengembangan Karier ITB, serta Nurlaela Arief dari Sekolah Bisnis dan Manajemen yang juga menjabat sebagai Direktur Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB.

Kegiatan ini turut didukung oleh PT Paragon Technology and Innovation yang menunjukkan kepedulian dunia industri terhadap pendidikan, melalui pemberian bantuan nyata bagi mahasiswa baru dari daerah.

Zahra Shofia Hanin, perwakilan dari PT Paragon, juga hadir dalam kegiatan ini, mempertegas kolaborasi antara dunia usaha dan pendidikan tinggi.

Kisah Nauli, Devit, dan Deka bukan sekadar pencapaian akademik, tetapi juga simbol semangat dan daya juang anak bangsa di tengah keterbatasan.

Kehadiran Rektor ITB dan jajaran dosen dalam kunjungan ini menjadi bukti nyata bahwa ITB tidak hanya fokus pada keunggulan akademik, tetapi juga pada inklusivitas dan pemerataan kesempatan.

Program seperti KIP Kuliah, dukungan masyarakat, serta sinergi dengan dunia usaha seperti yang dilakukan PT Paragon, memperkuat jalan bagi anak-anak dari keluarga sederhana untuk tetap bermimpi dan menembus perguruan tinggi terbaik.

Ketiga mahasiswa baru asal Sumatera Barat ini kini memulai langkah barunya di ITB, membawa harapan besar dari keluarga, sekolah, hingga komunitas mereka masing-masing.

Mereka adalah wujud nyata bahwa prestasi tak mengenal batas ekonomi, dan bahwa kerja keras akan menemukan jalannya.

Load More