Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Senin, 15 April 2024 | 14:28 WIB
Tangkapan menunjukkan ledakan dan jejak-jejak rudal menerangi langit Yerusalem selama serangan Iran terhadap Israel, Minggu (14/4/2024). [AFPTV / AFP]

SuaraSumbar.id - Iran melancarkan serangan bertubi-tubi ke wilayah Israel. Tak tanggung-tanggung, Iran dilaporkan menembak 300 rudal dan drone berbagai jenis ke Negeri Zionis.

Pakar hubungan internasional dari Universitas Andalas (Unand) Sumbar Virtuous Setyaka menilai serangan itu berkaitan dengan kedaulatan negara.

"Ketika Iran melakukan balasan, sebagai negara yang berdaulat, hal itu wajar saja," kata Virtuous melansir Antara, Senin (15/4/2024.

Serangan yang dilancarkan Iran, kata Virtuous, merupakan respons terhadap ulah Israel yang terlebih dahulu menyerang Kedutaan Besar Iran di Damaskus.

"Israel menyerang Kedutaan Besar Iran, dan itu bisa dianggap sebagai pelecehan atau penghinaan terhadap kedaulatan sebuah negara," ujarnya.

Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah tidak lepas dari konflik yang terjadi di Palestina. Jika konflik antara Hamas dan Zionis Israel tidak segera dihentikan, maka berpeluang menimbulkan eskalasi konflik yang jauh lebih besar.

"Jadi, kalau tidak segera dihentikan, eskalasinya akan meluas di tingkat kawasan Timur Tengah," ujarnya.

Bahkan, lebih buruk lagi konflik itu bisa saja menyeret atau mengakibatkan negara-negara di luar Timur Tengah ikut terlibat langsung dalam peperangan.

Kementerian Luar Negeri bersama Kedutaan Besar RI di Teheran dan perwakilan RI di Timur Tengah terus memantau kondisi warga negara Indonesia (WNI) di tengah konflik yang memanas antara Iran dan Israel.

Menurut KBRI Teheran, sebanyak 376 WNI berada di Iran, sebagian besar di antara mereka adalah pelajar/mahasiswa di Kota Qom.

Khawatir konflik picu perang proksi global

Virtuous mengkhawatirkan eskalasi konflik yang terjadi di Timur Tengah dapat memicu perang proksi di tataran global.

"Negara-negara lain di luar Timur Tengah bisa saja ikut terlibat dalam perang proksi," cetusnya.

Dirinya menjelaskan perang proksi tidak harus mengarah pada serangan fisik terhadap pangkalan militer dari satu negara ke negara lain.

Namun, perang dagang atau perang ekonomi juga bisa dikatakan sebagai bagian dari perang proksi yang dilakukan suatu negara terhadap negara yang dimusuhi.

Dirinya menduga isu yang dihembuskan salah satu media Israel yang melaporkan Indonesia secara diam-diam akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel agar bisa bergabung dengan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), merupakan bagian dari bentuk perang proksi.

Padahal, selama ini sikap Indonesia secara tegas menantang segala bentuk kekerasan hingga genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.

"Bisa saja isu tersebut sengaja diciptakan Israel untuk memecah belah konsentrasi negara-negara yang selama ini pro terhadap kemerdekaan Tanah Palestina termasuk Indonesia," katanya.

Load More