SuaraSumbar.id - Publik dibuat terenyuh sekaligus iba oleh peredaran video seorang anak tidak dibolehkan orangtuanya masuk ke rumah, hingga tidur hanya beralaskan kardus.
Dilihat SuaraSumbar.id pada akun TikTok @cin01, SAbtu (10/9/2022), tampak dua orang kakak beradik yang masih kecil-kecil tidur beralaskan kardus.
Kedua anak kecil itu tampak tidur beralaskan kardus di depan rumah mereka sendiri.
"Jadi di samping kontrakan gue, dia selalu marah-marahin anaknya. Sampai-sampai mereka disuruh tidur di luar begitu," demikian tulisan dalam video.
Baca Juga: Viral Pria Ini Wanti-wanti Agar Tidak Terjebak Pinjol, Beberkan Kerugian yang Jarang Terfikirkan
Akun @cin01 menuliskan, tetangganya yang lain berinisiatif mengetuk pintu rumah orangtua anak-anak tersebut.
"Ketok-ketok pintu kontrakannya. Tapi tetap saja mamanya gak mau bukain pintu. Segitu banget sama anaknya," tulisnya.
Kontan saja warganet dibuat marah oleh orangtua yang menghukum anaknya tersebut.
"Aku kalau marah suka jadi reog. Pernah ngunciin pintu dari dalam, cuma sebentar, biar ada efek jera. Tapi aku buka lagi karena gak tega," @kedxxx.
"Ingatlah orangtua, bahwa hal itu akan selalu teringat ketika mereka dewasa," @rhaxxx.
Baca Juga: Viral! Interior Mewah Angkot di Ciomas Pakai Sofa dan Rumput Sintetis, Netizen: Angkotnya Pak Sambo
"Bakalan jadi luka batin, bahkan sampai besar mereka gak akan pernah bisa lupa," @kaylaxxx.
Jangan hukum anak
Menghadapi anak yang berperilaku buruk memang jadi tantangan tersendiri bagi banyak orangtua. Terkadang, kita menunjukkan kemarahan dengan cara memberi hukuman, seperti mengurung mereka di kamar, mengambil mainan favorit mereka, bahkan hukuman fisik seperti memukul.
Tapi, apakah efektif? Para psikolog sudah sejak lama percaya bahwa hukuman hanya akan membawa hasil sementara. Dan sebagai gantinya, mereka menyarankan menggunakan cara efektif lain yang memberi manfaat jangka panjang.
Berikut adalah alasan mengapa Anda tidak disarankan menghukum anak, seperti dilansir dari Bright Side.
Pertama, biasanya, saat Anda melihat kelakukan buruk anak, Anda akan merasa kesal. Dalam hal ini, sangat sulit untuk tetap tenang, jadi Anda mulai menyerang balik dengan metode hukuman untuk membuat mereka merasakan hal yang sama juga.
Ledakan emosi negatif ini memengaruhi Anda dan anak Anda, dan mungkin bisa benar-benar menyebabkan beberapa konsekuensi serius, termasuk cedera fisik.
Kedua, hukuman adalah bentuk komunikasi termudah dengan anak-anak, di mana mereka melakukan sesuatu yang tidak Anda sukai dan Anda melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai sebagai imbalan, tanpa negosiasi dan tanpa penjelasan. Ini sangat mudah dilakukan karena tidak membutuhkan usaha dari pihak Anda, tetapi ini jelas bukan cara yang tepat untuk membesarkan anak yang bahagia dan sehat.
Ketiga, tujuan utama mengasuh anak adalah membesarkan seseorang yang siap membuat keputusan sendiri berdasarkan pengalaman mereka. Tetapi jika Anda sering menghukum anak-anak dan tidak memberi tahu mereka tentang konsekuensi dari tindakan mereka, mereka tidak akan dapat memahami apa yang benar dan apa yang salah dengan menggunakan pikiran mereka sendiri di masa depan.
Anak-anak ini biasanya tidak memiliki disiplin diri atau rasa empati karena tidak ada yang mengajari mereka hal-hal penting ini. Mereka hanya tahu bahwa ada bagian dari mereka yang tidak diinginkan atau buruk, dan orangtua mereka tidak menyukainya.
Keempat, anak-anak tidak bisa belajar ketika mereka merasa takut, tidak dihargai, atau memberontak. Dan itulah tepatnya yang mereka rasakan ketika Anda menghukum mereka. Jika Anda berpikir bahwa dengan hukuman Anda tengah mengajari mereka perilaku yang benar, Anda sebenarnya mengirim satu pesan sederhana kepada mereka sebagai gantinya, yakni "kamu melakukan sesuatu yang salah dan ini adalah konsekuensi dari berperilaku dengan cara yang buruk".
Pesan ini menempatkan anak pada posisi yang tidak nyaman ketika mereka tidak tahu bagaimana mencari tahu perilaku yang benar sendiri. Karena hal ini, emosi negatif mereka dapat tertahan dan muncul kemudian ketika situasinya berulang.
Kelima, dalam kebanyakan kasus, anak-anak merespons hukuman dengan cara berikut, “Orangtuaku tidak mencintaiku dan pasti ada yang salah denganku.” Bahkan jika Anda tidak berniat membuat anak Anda merasa seperti ini, hukuman Anda membersi pesan seperti itu. Tidak mengherankan bahwa ini dapat merusak kesehatan mental anak dan membuat mereka memiliki masalah psikologis yang serius selama sisa hidup mereka.
Keenam, lain kali jika Anda menghukum anak Anda, tanyakan pada diri sendiri pertanyaan sederhana, apakah Anda ingin mereka takut pada Anda? Kemungkinan besar, jawaban Anda adalah “Tidak”. Intinya adalah bahwa hukuman selalu menciptakan hubungan berdasarkan rasa takut. Dalam hubungan ini, anak-anak menjadi cemas karena mereka khawatir tentang apa yang akan dilakukan orangtua mereka jika mereka melihat beberapa perilaku yang tidak pantas.
Tentu saja, anak-anak Anda mungkin berperilaku seperti malaikat ketika Anda ada di sekitar, tetapi hanya karena takut dan bukan karena mereka menyukainya atau benar-benar memahami kesalahan mereka sebelumnya. Di belakang Anda, mereka pasti akan bertindak berbeda.
Ketujuh, hukuman tidak termasuk dalam hubungan cinta. Sebaliknya, itu menciptakan tembok tanpa batas antara Anda dan anak-anak Anda. Tembok kesalahpahaman dan agresivitas tersembunyi ini membuat kedua belah pihak tidak bahagia dan tidak puas dengan peran keluarga mereka.
Akibatnya, hukuman mengurangi efektivitas Anda sebagai orangtua. Jadi, ketika anak-anak Anda bertambah besar, mereka tidak akan berbalik kepada Anda untuk mencari nasihat atau bantuan. Sebaliknya, mereka akan mencari cinta di tempat lain, beberapa di antaranya mungkin ternyata salah.
Kedelapan, hukuman juga bisa tidak efektif karena mengarah pada emosi yang salah. Ketika anak Anda melakukan sesuatu yang buruk, Anda tentu lebih suka bahwa mereka merasa bersalah atas tindakan mereka dan berharap mereka dapat mengubah perilaku mereka menjadi lebih baik. Namun, terlepas dari harapan Anda, mereka merasa kesal dan kadang-kadang mulai berperilaku lebih buruk daripada sebelumnya.
Alasannya cukup sederhana, gaya pengasuhan yang otoriter dengan hukuman yang sering, hanya membuat mereka ingin menyakiti Anda dan memikirkan pemikiran yang lebih mengerikan tentang agar apa yang mereka lakukan tidak ketahuan lain kali.
Kesembilan, di mata anak-anak, Anda adalah sumber kekuatan dan otoritas terbesar. Jadi, jika Anda menyalahgunakan kekuatan fisik dan mental Anda untuk menegakkan hukuman, mereka akan berpikir bahwa ini baik-baik saja dan bahwa ini adalah bagaimana dunia harus berputar.
Perilaku ini memberikan resep yang sempurna untuk bullying - yang pada gilirannya, anak-anak Anda mungkin juga cenderung menunjukkan kekuatan mereka terhadap orang lain yang lebih lemah atau lebih rendah dari mereka, serta berpikir bahwa mereka bisa mendapatkan apa pun yang mereka inginkan dengan menggunakan kekuatan mereka.
Kontributor : Rizky Islam
Berita Terkait
-
Viral Bocah SD Rela Tak Santap Menu Makan Siang Gratis Demi Ibunya, Alasan di Baliknya Bikin Mewek
-
Viral Cerita Wanita Mengidap Tumor Payudara Gegara Sering Konsumsi Seblak
-
Pemain Jepang Latihan Jelang Timnas Indonesia Nyanyikan Lagu 'Tanah Airku', Jay Idzes Turun Tangan
-
Viral Minimarket Pakai 'Cara Unik' Untuk Hindari Pencurian Susu
-
Viral Guru Honorer Ganti Sepatu Usang Siswa dengan yang Baru Banjir Doa: Berkah Rezekinya
Terpopuler
- Agus dan Teh Novi Segera Damai, Duit Donasi Fokus Pengobatan dan Sisanya Diserahkan Sepenuhnya
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Bak Terciprat Kekayaan, Konten Adik Irish Bella Review Mobil Hummer Haldy Sabri Dicibir: Lah Ikut Flexing
- Bukti Perselingkuhan Paula Verhoeven Diduga Tidak Sah, Baim Wong Disebut Cari-Cari Kesalahan Gegara Mau Ganti Istri
- Beda Kado Fuji dan Aaliyah Massaid buat Ultah Azura, Reaksi Atta Halilintar Tuai Sorotan
Pilihan
-
Awali Pekan ini, Harga Emas Antam Mulai Merosot
-
Ada Marselino Ferdinan! FIFA Rilis Wonderkid Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Desas-desus Shell Mau Hengkang dari RI Masih Rancu, SPBU Masih Beroperasi
-
Media Asing Soroti 9 Pemain Grade A Timnas Indonesia di Piala AFF 2024, Siapa Saja?
-
7 Rekomendasi HP 5G Rp 4 Jutaan Terbaik November 2024, Memori Lega Performa Handal
Terkini
-
Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Kapolda Sumbar: Motif Biar Dibuktikan di Persidangan
-
Kapolda Sumbar Kembali Tegaskan AKP Dadang Tak Ganguan Mental: Sudah Mau Makan!
-
Masa Tenang Pilkada 2024, KPU Sumbar Larang Aktivitas Kampanye dan Survei
-
Bawaslu Agam Tertibkan APK di Masa Tenang Pilkada 2024
-
Kasus Penembakan Kasat Reskrim Solsel, Walhi Sebut Momen Berantas Kejahatan Lingkungan