Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Rabu, 10 Agustus 2022 | 19:17 WIB
Ilustrasi menikah (unsplash.com/@yeti)

Seruan mengakhiri tes keperawanan

Kisah Maryam dialami banyak perempuan lainnya di Iran. Berstatus perawan sebelum menikah masih amat penting bagi banyak perempuan dan keluarga mereka. Hal itu berakar pada konservatisme budaya.

Namun, baru-baru ini keadaan mulai berubah. Sejumlah perempuan dan pria di Iran berkampanye untuk mengakhiri tes keperawanan.

November lalu, sebuah petisi daring menerima hampir 25.000 tanda tangan dalam waktu sebulan. Inilah pertama kalinya tes keperawanan ditentang secara terbuka oleh sekian banyak orang di Iran.

Baca Juga: Militer Iran Siap Siaga Balas Serangan Israel ke Gaza

"Praktik itu adalah pelanggaran privasi dan memalukan," kata Neda.

Ketika Neda masih pelajar berusia 17 tahun di Teheran, keperawanannya hilang setelah berhubungan seks dengan pacarnya.

"Saya panik. Saya takut apa yang akan terjadi jika keluarga saya tahu."

Di tengah kepanikannya, Neda memutuskan untuk memperbaiki selaput daranya.

Prosedur ini secara teknis tidak ilegalnamun dampak sosialnya berbahaya sehingga tiada rumah sakit yang setuju melakukannya.

Baca Juga: Kecam Negara-negara Arab, Korps Pengawal Revolusi Iran: Israel dan Sekutunya Akan Menyesal Menyerang Palestina

Neda kemudian menemukan sebuah klinik swasta yang bersedia melakukannya secara diam-diamdengan biaya besar.

Load More