Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 01 Agustus 2022 | 15:15 WIB
Seorang ibu menjadi korban pelecehan seksual saat berjalan-jalan dengan bayinya di sekitaran rumah, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. [Instagram]

SuaraSumbar.id - Seorang ibu menjadi korban pelecehan seksual saat berjalan-jalan dengan bayinya di sekitaran rumah, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

Pelaku adalah seorang lelaki pemotor berjaket merah dan berkacamata. Dia melakukan pelecehan seksual berupa penguntitan serta berkali-kali meminta berkenalan.

Peristiwa tersebut menjadi sorotan publik setelah videonya diunggah serta viral di media-media sosial.

Dilihat SuaraSumbar.id pada akun Instagram @terang_media, Senin (1/8/2022), terdapat seorang pemotor berjaket merah mendekati ibu tersebut.

Baca Juga: 5 Fakta Kasus Brigadir J Diambil Alih Bareskrim Polri, Belum Ada Tersangka

"Mas ngapain dari tadi bolak-balik di sini?" kata ibu itu.

"Saya jujur aja, dari tadi pengen kenalan dengan kakak, beneran," jawab pelaku yang tetap berada di atas sepeda motor dan menghidupkan mesinnya.

"Oh, saya lagi bawa anak ini mas. Mas pergi saja, saya mau pulang, mau hujan, jangan bolak-balik lewat sini terus," kata ibu itu.

"Iya, saya tahu. Kan kakaknya sudah gak mau kan," kata lelaki itu terus memaksa berkenalan.

"Ya terus mas ngapain bolak-balik lewat sini?" hardik ibu tersebut.

Baca Juga: Viral Warganet Ngaku Pergoki Kekasihnya Selingkuh Saat Nonton Persik Kediri di TV Ternyata Hoaks

"Ya saya gak ganggu kan," kata si lelaki.

"Oh saya terganggu mas."

Ibu itu lantas seperti memanggil-manggil orang sekitar, "Pak... pak...."

Mendengar ibu itu menarik perhatian warga, lelaki berjaket merah itu langsung tancap gas sepeda motornya dan pergi.

Menurut pengakuan korban, peristiwa tersebut terjadi di lingkungan rumahnya, daerah Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin 25 Juli 2022 sekitar pukul 16.30 WIB.

"Pria jaket merah sudah mengikuti dari awal saya keliling kompleks bersama anak. Lalu di tikungan sepi, pria tersebut menghampiri dan mengajak berkenalan serta meminta nomor telepon, saya tolak baik-baik," tulisnya.

Tapi, lelaki berjaket merah itu tetap membuntutinya. "Lalu dia maju sekitar 50 meter di depan saya, berhenti dan menunggu saya lewat."

Bermodal ponsel untuk merekam dan suara lantang, ibu itu memberanikan diri menghardik pelaku pelecehan seksual tersebut.

"Setelah berkali-kali mendapatkan pengalaman dilecehkan selama 25 tahun saya hidup, hari ini saya berani maju dan stand up for my self!" tegasnya.

Tak hanya itu, ibu tersebut juga menyarankan kaum perempuan yang merasa dilecehkan di ruang publik harus memberanikan diri melabrak pelaku.

Namun, kolom komentar unggahan tersebut dipenuhi celotehan-celotehan lelaki yang justru menyalahkan korban.

Akun @alexxx misalnya mengatakan, "Pertanyaan gue ke mbaknya. kenapa anda sering banget dilecehkan? Ada apa dengan diri anda. Coba direnungkan dulu di mana kesalahan anda. Apakah dari pakaian anda, atau dari cara jalan anda, atau dari cara anda berkomunikasi, coba cek."

Komentar seksis dan menyudutkan korban tersebut langsung dibantah oleh korban.

"Hello Alexander. Pengalaman pelecehan seksual pertama yang saya alami adalah ketika duduk di bangku SD saat berada di kolam berenang umum, di mana pelaku memperlihatkan kemaluannya kepada saya. Sepertinya faktor ketidakberuntungan lah yang membuat saya mengalami hal-hal tersebut."

Akun-akun cowok lainnya juga menyalahkan korban karena mereka menganggap mengajak berkenalan bukanlah pelecehan seksual.

Korban lantas membungkam celotehan-celotehan akun-akun seksis tersebut dengan membeberkan apa makna pelecehan seksual secara fisik maupun nonfisik.

Untuk diketahui, seseorang lelaki yang terus menerus mengajak berkenalan serta meminta data pribadi termasuk nomor telepon meski telah ditolak, adalah termasuk pelecehan seksual nonfisik terhadap perempuan. Sebab, hal itu membuat korban tidak nyaman.

Selain itu, tindakan menguntit atau membuntuti seperti lelaki berjaket merah tersebut juga termasuk pelecehan seksual. Sebab, penguntitan bisa membuat korban tak nyaman dan juga traumatis.

Kontributor : Rizky Islam

Load More