Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Sabtu, 16 Juli 2022 | 12:05 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (kanan) menyambut kedatangan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Istana Al Salman, di Jeddah, Arab Saudi, 15 Juli 2022. (Dok.Antara]

Kepentingan menyangkut energi dan keamanan membuat Biden dan para pembantunya memutuskan untuk tidak mengisolasi Saudi --sang raksasa minyak di kawasan Teluk-- yang tengah memperkuat hubungan dengan Rusia dan China itu, meskipun Biden merasa muak atas pembunuhan Khashoggi.

Biden ingin "menyelaraskan kembali " hubungan AS dengan Arab Saudi dan bukan memutusnya, kata penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan.

Jeddah akan menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin Arab pada Sabtu.

Biden akan membahas keamanan energi dengan para pemimpin negara Teluk penghasil minyak dan berharap OPEC+ bertindak lebih untuk menambah produksi.

Baca Juga: Arab Saudi Buka Jalur Penerbangan dari dan ke Israel, Siapa Sosok yang Pertama Kali Melintas?

"Saya lakukan apa pun untuk meningkatkan pasokan ke Amerika Serikat, yang saya harapkan dapat terwujud," katanya.

Biden menambahkan bahwa para petinggi Saudi sepakat dengan urgensi persoalan itu dan dia memperkirakan akan ada langkah lanjutan dalam beberapa pekan mendatang.

Namun, Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir mengatakan belum ada perjanjian apa pun tentang minyak.

Dia mengatakan Saudi dan OPEC akan mengambil keputusan sesuai kondisi pasar, bukan berdasarkan "histeria" atau "politik".

Kelompok negara OPEC+ yang mencakup Rusia akan bertemu pada 3 Agustus.

Baca Juga: Arab Saudi Buka Jalur Penerbangan Dari dan Ke Israel, Joe Biden Presiden Amerika Pertama yang Melintas

Biden, yang terbang ke Jeddah setelah mengunjungi Israel, memuji langkah-langkah Saudi yang dipandang sebagai tanda pemulihan hubungan dengan Israel.

Load More