SuaraSumbar.id - Proses belajar dan mengajar tatap muka di sekolah-sekolah dan di kampus-kampus seluruh Indonesia, sempat berhenti total. Kebijakan itu diambil pemerintah Indonesia untuk menekan penyebaran Covid-19 yang mulai mewabah di Tanah Air dua tahun lalu.
Akhir Maret 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengambil langkah serius dengan melarang buka sekolah dan kampus. Semua kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring atau online dari rumah masing-masing. Upaya itu sejalan dengan kebijakan physical distancing (menjaga jarak fisik) yang diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pandemi Covid-19 mengubah rutinitas dan kebiasaan manusia di luar ruangan. Begitu juga dengan pelajar dan mahasiswa. Mereka yang biasanya berinteraksi di luar dan dalam kelas, kini justru saling menyapa di dunia maya. Baik dengan teman sejawat, guru dan para dosen. Alhasil, internet adalah satu-satunya saluran bagi seluruh kegiatan belajar di Indonesia.
Pemakaian internet betul-betul mendominasi aktivitas dan rutinitas masyarakat dan juga para pelajar selama pandemi Covid-19. Bahkan, hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2022 mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia naik menjadi 220 juta orang selama 2 tahun atau sejak wabah virus corona. Padahal sebelum pandemi, jumlah pengguna internet di Indonesia hanya 175 juta orang.
Berselancar di internet tidak gratis dan butuh biaya. Bagi sebagian orang yang ekonominya mapan, harga paket data internet mungkin tidak menjadi beban. Bagi mereka harga paket tak jadi soal karena yang terpenting jaringan lancar. Namun, tak sedikit pula orang tua pelajar yang mengeluh dengan pengeluaran biaya paket internet untuk anaknya selama satu bulan.
Seperti yang dialami Afrida. Seorang petani di Nagari Selayo, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar). Dia sempat mengeluh selama 2 bulan untuk biaya internet anak-anaknya belajar di rumah kala pandemi Covid-19.
"Dulu awal-awal sekolah pakai internet, habis uang 200 ribu lebih sebulan untuk beli paket internet 2 anak saya. Sekarang tidak. Alhamdulillah hanya 100 ribu sebulan untuk paket mereka," katanya, Selasa (28/6/2022).
Sebagai petani perempuan, tidak mudah bagi Afrida mencari uang Rp 200 ribu. Lebih-lebih dia hanyalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya 10 tahun lampau. Afrida membanting tulang seorang diri menghidupi 6 orang anak yang empat di antaranya kini sudah berkeluarga.
Baginya, pandemi ini tidak hanya merepotkan mencari uang, tapi juga menambah biaya hidup terutama untuk beli paket internet. "Satu SMK dan seorang lagi masih SMP. Mereka ini awal corona juga belajar dari rumah. Cari tugas pakai internet dan masing-masing punya satu HP," katanya.
Baca Juga: Asyiknya Traveling Wisata Alam Bersama Smartfren, Bebas 'Berselancar' Internet di Pelosok Sumut
Afrida tidak tahu pasti mengapa biaya internet yang diminta anaknya kini turun karena tidak memang tak paham dunia internet. Dia bersyukur biaya yang memang wajib dikeluarkan demi kelangsungan pendidikan anak itu kini bisa hemat dikantong. "Saya tidak ngerti soal kartu-kartu internet ini. Katanya dia beli kartu Smartfren, itu saja yang saya tahu," katanya.
Ucapan Afrida diamini anaknya, Habib (16) yang mengganti kartu paket datanya ke Smartfren sejak akhir 2020. Dia mengaku tertarik Smartfren karena tawaran paket data yang banyak dan biayanya pun murah. Menurutnya, memilih paket berbiaya murah adalah satu cara meringankan beban orang tua.
Bagi Habib, keperluan internet hanya untuk mencari tugas sekolah. Sesekali saja dia bermain game online. "Saya pakai Smartfren Unlimited yang hariannya, adik saya juga. Kan ada paket Rp 50 ribu untuk 28 hari, itu sudah bisa 500 MB per hari. Buka media sosial juga ndak ada biayanya," kata siswa kelas 2 SMK di Kota Solok itu.
Habib dan keluarganya tinggal di kaki bukit perkampungan di Nagari Salayo, Kabupaten Solok. Rumahnya terlindung pohon-pohon tinggi. Namun, sinyal internet smartfren di sana tetap stabil dan jarang sekali bermasalah. "Kalau sinyalnya kuat, sama seperti kartu-kartu paket lain. Tapi harganya lebih murah," tuturnya.
Senada dengan itu, seorang mahasiswi di Kota Padang, Fitri (23) menggunakan paket data Smartfren sejak pandemi Covid-19 atau sejak awal-awal kuliah secara daring diberlakukan. Alasannya utama jelas soal harga yang tak bikin saku-saku sobek.
"Sudah dua tahun saya pakai Smartfren. Yang pasti murah, sinyalnya bagus dan paket datanya banyak. Kalau paket utamanya habis, kita tetap bisa buka semua media sosial," katanya.
Berita Terkait
-
Makin Mudah, Beli Paket Smartfren Unlimited Bisa lewat Facebook
-
Akses Internet Smartfren Lancar hingga ke Lokasi Wisata, Pelanggan: Jadi Makin Asyik
-
Smartfren Berhasil Tangani Lonjakan Traffic Ramadan dan Idul Fitri 1443 H
-
Mudik Lebaran Menanti, Smartfren Tingkatkan Kualitas Jaringan dan Coverage
-
Antisipasi Mudik Idulfitri 1443H, Smartfren Tingkatkan Kualitas Jaringan dan Coverage di Seluruh Indonesia
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
KAHMI Sumbar Usul Program MBG Libatkan Koperasi Sekolah dan Desa, Ini Alasannya
-
5 Makanan Pencegah Kram Otot Saat Olahraga, Nomor 3 Bikin Segar dan Cepat Pulih!
-
Ratusan Warga Betumonga Mentawai Demo Bupati hingga DPRD, Tuntut Pengakuan Hak Tanah Ulayat!
-
CEK FAKTA: Raffi Ahmad Bagi-Bagi Bansos untuk TKI, Benarkah?
-
Mengukuhkan Sikerei, Cara Menyelamatkan Budaya Asli Mentawai Agar Tak Punah!