Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Rabu, 22 Juni 2022 | 09:10 WIB
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto saat menjawab pertanyaan awak media di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Kamis (16/6/2022). (Suara.com/Bagaskara).

SuaraSumbar.id - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memaparkan kriteria calon presiden (Capres) yang akan diusung oleh PDIP pada Pilpres 2024.

"Aspek ideologi sangat penting, mutlak, tidak bisa ditawar-tawar," kata Hasto, Selasa (21/6/2022).

Menurut Hasto, menjadi seorang pemimpin itu harus kokoh dalam prinsip saat mengeluarkan kebijakan.

"Pak Jokowi menyampaikan subsidi BBM kita saja itu Rp567 T (triliun), bagaimana kita menghadapi tekanan itu? Seorang pemimpin yang tidak berani mengambil sikap, tentu melihat hal itu sebagai beban," kata Hasto.

Baca Juga: Hasto: Partai Butuh Soliditas Kader untuk Hadapi Pilpres 2024

Namun, seorang pemimpin akan memperhitungkan keputusan meskipun itu pahit, dan itu pasti diambil.

"Nah, inilah yang sedang dipertimbangkan betul oleh Ibu Megawati," kata Hasto.

Kontemplasi

Hingga saat ini, Megawati masih melakukan kontemplasi untuk menentukan calon presiden pada Pilpres 2024.

Megawati, kata dia, belum bisa menentukan lantaran proses kajian terhadap calon masih terus dilakukan.

Baca Juga: Hasto Ungkap Kriteria Calon Presiden yang Bakal Diusung PDIP di Pemilu 2024

"Terkait dengan capres dan cawapres, nanti Ibu Ketum (Ketua Umum). Beliau menegaskan masih mempertimbangkan, melakukan kajian, berkontemplasi, dan pada momentum tepat akan beliau sampaikan," katanya.

Hasto pun mengaku belum tahu kapan penentuan capres akan diumumkan.

"Bisa 3 bulan lagi, bisa 5 bulan lagi, bisa beberapa hari lagi. Tetapi itu semua ada di dalam kajian Ibu Ketum dan beliau yang menerima mandat untuk menyampaikan hal itu," ujarnya.

Lebih lanjut Hasto mengungkapkan bahwa sebelum pengumuman calon presiden pihaknya akan mencari momentum yang tepat.

Dia pun menyinggung kembali penunjukan Jokowi oleh Megawati yang menurutnya saat itu sarat akan makna.

"Ketika Pak Jokowi diumumkan, beliau kan pada status yang berada di salah satu tempat yang cukup penting sebagai simbol dari rakyat Marhaen, simbol kebudayaan, mewakili Betawi si Pitung, kemudian Pak Jokowi mencium Bendera Merah Putih," tuturnya.

Karena, tambah Hasto, untuk menjadi pemimpin harus dipersiapkan dan ketika diumumkan pun harus dengan simbol yang menggelorakan semangat kebangkitan bagi Indonesia Raya.

"Jadi tunggu saja momentumnya. Nanti bisa juga menjelang tahapan pengumuman yang menurut KPU pada Agustus," ujarnya. (Antara)

Load More