Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Senin, 21 Maret 2022 | 16:36 WIB
Spanduk yang menyindir LKAAM Sumbar terpampang di jalan utama Kota Padang. [Suara.com/ B. Rahmat]

SuaraSumbar.id - Puluhan hektare tanaman jagung masyarakat di Nagari Aua Malintang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), terancam gagal panen.

Sekitar 33 hektare ladang jagung masyarakat di Korong Koto Kaciak, Nagari lll Koto Aua Malintang, Kecamatan lV Koto Aua Malintang, Kabupaten Padang Pariaman, tampak memprihatinkan. Batang jagung kerdil dan buahnya meranggas.

“Ini sudah kacau balau. Bisa-bisa gagal panen,” ungkap Erwis Bustamar, salah satu petani jagung di sana, dikutip dari Klikpositif.com - jaringan Suara.com, Senin (21/3/2022).

Erwis sendiri tergabung dalam Kelompok Tani Harapan. Ia dan rekannya mengelola seluas 10 hektare ladang jagung.

Baca Juga: Soal Kematian Tersangka Narkoba Pasca Ditangkap, Warga Bantah Ikut Pukuli Pelaku

“Sudah satu tahun ini sulit mendapat pupuk subsidi. Kalau beli non subsidi harganya sangat mahal. Tak cukup uang beli pupuk,” jelas Erwis.

Jadi karena itu, katanya, jagung yang seharusnya mendapat pupuk dengan jumlah yang cukup terpaksa pupuknya seadanya.

“Akibatnya batang dan buah jagung jadi kerdil. Kalau sudah begini, terancam gagal panen,” kata petani itu.

Ia menambahkan, harga pupuk non subsidi saat ini satu karung 260 ribu rupiah.

Harga demikian terbilang mahal sehingga pihaknya harus menghemat pemakian.

Baca Juga: Sempat Dipukul Warga, Polisi Ungkap Kronologi Penangkapan Tersangka Narkoba di Padang Pariaman yang Tewas Usai Diciduk

“Sebelumnya, kami beli pupuk subsidi pada penyalur. Hanya saja dalam setahun ini tidak kunjung tersedia pupuk subsidi tersebut,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Harapan bernama Masardi menuturkan, ada sekitar 33 haktare ladang jagung milik mereka.

“Rata-rata semuanya teracam gagal panen,” kata Masardi.

Pihaknya tidak dapat berbuat banyak saat ini.

“Jadi begini, pada umur 21 hingga 25 hari jagung harus mendapat pupuk. Jika terlambat pemupukan maka berdampak buruk pada buah,” katanya.

Masardi berharap ketersediaan pupuk subsidi kembali normal sehingga pihaknya tidak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan tanaman jagung.

“Sudah setahun begini. Kalau seperti ini juga punah harapan untuk hidup dari penghasilan jagung. Kami harap pemerintah mencarikan solusi terkait masalah kami ini,” katanya.

Load More