Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Selasa, 08 Maret 2022 | 12:30 WIB
Ilustrasi angkot di Kota Padang. [Dok.Covesia.com]

SuaraSumbar.id - Pendapatan sopir angkutan kota (angkot) di Kota Padang, Sumatera Barat, semakin merosot. Pasalnya, keberadaan angkot hari ini kalah saing dengan ojek online (ojol).

Pengurus Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sumbar, Imral Adenansi mengatakan, realitas itu adalah masalah zaman yang harus disesuaikan. Kondisi tersebut tidak bisa dihindari.

"Itu adalah perkembangan zaman, tidak bisa pungkiri. Dunia digital lebih praktis dibandingkan angkot. Apalagi, ojol bisa antar penumpang sampai ke rumah," katanya, dikutip dari Covesia.com - jaringan Suara.com, Selasa, (8/3/2022).

Menurutnya, sistem kerja angkot harusnya diubah dan menyesuaikan dengan layanan digitalisasi. "Jika pelayana kita maksimal, maka orang akan lari ke kita," tuturnya.

Baca Juga: Hempas Rezeki, Driver Ojol Justru Minta Cancel Orderan Demi Goreng Tempe, Publik: Pasti Disuruh Ayang

Saat ini, pihaknya sedang melakukan upaya untuk mensiasati hal tersebut agar pendapatan sopir angkot memadai. "Kita sedang berusaha mengembangkan aplikasi untuk Angkot yaitu Go Organda dan My Organda, namun sampai saat ini aplikasinya masih dalam tahap kita pejari," sebutnya.

Aplikasi yang sedang dipelajari tersebut merupakan karya anak nagari dari Sumatera Barat. "Aplikasinya merupakan karya anak bangsa yang bersekolah di Australia," pungkas dia.

Sebelumnya, diberitakan Covesia.com, salah satu sopir angkot, Fahru mengatakan, semakin hari pendapatan semakin berkurang, ditambah lagi sejak hadirnya ojek online yang semakin menjamur.

"Sejak ojek online hadir, pendapatan kami jauh merosot," tutur dia saat diwawancarai Covesia.com, Minggu (6/3/2022).

Sambung dia, ojek online sudah banyak, ditambah lagi dengan mahasiswa tidak ada yang kuliah.

Baca Juga: Viral! Diduga Terlibat Cekcok, Pengemudi Mobil Terekam Sengaja Tabrak Motor Driver Ojol Sampai Jatuh

"Biasanya mahasiswa, anak sekolah banyak, sekarang sepi," sebut supir angkot tujuan kampus UIN IB Padang itu.

Sekarang, katanya, untuk membeli bahan bakar angkot saja sudah susah. "Kadang pendapatan habis untuk bolak-balik membeli minyak saja," tutur dia.

"Sebelumnya pendapat mencapai Rp400 ribu per hari, kini Rp250 ribu saja sudah susah," ujar dia.

Kendati demikian, ia memilih tetap bertahan meskipun pendapatan merosot, sebab sekarang baginya susah mencari pekerjaan lain.

"Sekarang cari pekerjaan susah, toko-toko saja banyak yang tutup akibat pandemi Covid-19 ini," tutupnya.

Load More