Riki Chandra
Rabu, 29 Desember 2021 | 07:15 WIB
Presiden Jokowi saat berpidato di pembukaan Muktamar NU ke-34 di Lampung. (foto: bidik layar video)

Tapi soal Kristen, tentu saja itu tidak sepenuhnya salah. Sebab PDIP adalah partai yang terbentuk pada 1973 dan merupakan penggabungan PNI, Partai Murba, IPKI, Partai Kristen Indonesia dan Partai Katolik.

Masalahnya, kalaulah memang ada elemen Kristen-Katolik di dalam PDIP, lantas mengapa? “Apakah orang Minang sedemikian terbelakang sehingga membenci umat Kristen dan Katolik. Apakah orang Minang memang rasis.”

Ketiga, yang terkait dengan penjelasan kedua adalah soal menguatnya kaum Islamis radikal di Sumatera Barat.

Saat ini Sumatera Barat adalah salah satu basis suara PKS. Sudah dua periode Gubernur Sumbar dipegang oleh PKS. Dengan demikian, kebencian terhadap Jokowi ini terjadi, bisa karena kader-kader PKS memanas-manasi orang Minang untuk membenci Jokowi.

Jokowi digambarkan sebagai anti syariah, sementara Sumatera Barat tengah berusaha meniru jejak Aceh sebagai provinsi yang menegakkan syariah.

“Jokowi digambarkan sebagai orang Islam abangan, yang sebenarnya tidak peduli dengan orang Islam dan dikelilingi oleh orang-orang Liberal anti-Islam. Manakah penjelasan paling benar, Mungkin tidak ketiga-tiganya. Tapi mungkin juga ketiganya sekaligus,” katanya.

Ade sendiri mengaku tidak tahu persis mana yang paling logis. Yang jelas, katanya, dia hingga kini tak paham kenapa mereka bisa sedemikian membenci Jokowi.

Load More