Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Kamis, 09 Desember 2021 | 18:10 WIB
Workshop pengamalan ABS-SBK bagi generasi muda dengan tema “Pewarisan Kearifan Lokal Pada Generasi Muda Menuju Ketahanan Adat dan Budaya” di Perkampungan Adat Balai Kaliki, Nagari Koto Nan Gadang, Kota Payakumbuh pada tanggal 3-5 Desember 2021 lalu. [Dok.Istimewa]

SuaraSumbar.id - Kemajuan teknologi membuat arus perubahan zaman kian tak terkendali. Kondisi ini dikhawatirkan bisa mengikis keberadaan adat dan budaya, khususnya budaya Minangkabau di Sumatera Barat (Sumbar).

Sisi baiknya, dunia digitalisasi juga bisa dimanfaatkan untuk mengenalkan adat dan budaya ke berbagai belahan dunia. Bahkan, sekaligus bisa menopang ekonomi generasi muda yang melek teknologi. Hal itu dipaparkan CEO Infosumbar, Vembi Fernando, saat menjadi pembicara dalam workshop pengamalan ABS-SBK bagi generasi muda dengan tema “Pewarisan Kearifan Lokal Pada Generasi Muda Menuju Ketahanan Adat dan Budaya” di Perkampungan Adat Balai Kaliki, Nagari Koto Nan Gadang, Kota Payakumbuh pada tanggal 3-5 Desember 2021 lalu.

Menurut Vembi, pemahanan Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah (ABS-SBK) bagi generasi Minangkabau, harus ditranformasikan dalam berbagai bentuk. Salah satunya dengan memanfaatkan kesempatan ekonomi kreatif. "Ekonomi kreatif di dunia digitalisasi bisa menjadi bagian terpenting dalam melestarikan dan budaya," katanya.

Menurut Vembi, industri kreatif adalah industri yang memanfaatkan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Dalam setiap produk kreativitasnya, bisa disematkan hal-hal yang berkaitan dengan budaya dan adat.

Baca Juga: Target Capaian Vaksinasi Sumbar 70 Persen, BIN Gempur Dua Daerah

Banyak ragam industri kreatif yang bisa dimanfaatkan generasi muda untuk terus menjaga nilai ABS-SBK. Berdasarkan Perpres Nomor 72 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif, ada 17 macam subsektor industri kreatif. Mulai dari melahirkan aplikasi, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film, animasi da video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio dan pengembangan permainan.

"17 item itu berpotensi besar menjadi wadah untuk menjaga pelestarian adat dan budaya Minangkabau sesuai ABS-SBK. Sebab, setiap produknya bisa dikaitkan dengan khas Minangkabau," katanya.

Industri kreatif hari menuntut sebuah produk yang khas. Minangkabau memiliki kekayaan budaya yang belum tergarap maksimal dalam hal industri kreatif. "Jika ini termanfaatkan maksimal, dunia industri kreatif di Sumbar akan melekat pada budaya Minangkabau. Pemasarannya pun bisa masif lewat media sosial," katanya.

Sementara itu, Ketua DPRD Sumbar, Supardi mengatakan, penanaman dan pengamalan ABS-SBK bagi generasi muda merupakan bagian dari pendidikan moral pendidikan yang mampu mencegah dari berbagai pergaulan bebas. Seperti aksi kriminal, kekerasan seksual, narkoba dan sebagainya.

"Jika pengamalan ini tertanam di kehidupan generasi muda, tidak akan ada lagi kejadian dan kasus-kasus heboh yang mencoreng Minangkabau," kata Supardi.

Baca Juga: Sandiaga Uno Canangkan Tahun Kunjungan Wisata Sumbar 2023

Generasi muda adalah tujuan dari budaya dan agama. Sebab, merekalah nanti yang akan mewarisi dan melanjutkan perjuangan yang telah digariskan nenek moyang Minangkabau. "Ini penting ditanamkan. Sebab hari ini, sudah banyak kejadian yang sebelumnya tidak pernah terjadi, justru masif hari ini. ABS-SBK ini tidak erat kaitannya dengan moral," katanya.

Supardi berharap, kegiatan-kegiatan seperti ini terus berlanjut dan melahirkan solusi untuk pendidikan moral generasi muda. "Menanamkan filosofi ABS-SBK kepada generasi muda Minangkabau perlu sinergitas semua pihak. Mulai dari pemerintah, alim ulama, cadiak pandai, tokoh adat dan anak muda itu sendiri," katanya.

Di sisi lain, Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Gemala Ranti mengatakan, pemahanan ABS-SBK harus terus diwariskan dan dilestarikan kepada generasi muda. Sebab, prinsip dasar hidup masyarakat Minangkabau bertumpu pada ABS-SBK.

"Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan generasi muda dalam membumikan ABS-SBK," katanya.

Tahun 2019 lalu, kata Gemala, Dinas Kebudayaan Sumbar telah merampunkan buku pedoman pengamalan ABS-SBK yang disusun oleh para pakar di Sumbar. Menurutnya, buku tersebut akan menjadi tonggak sejarah penting dalam perjalanan perkembangan kebudayaan Minangkabau yang berintikan Adaik Nan Sabana Adaik, Nan Tak Lapuak Dek Hujan, Nan Tak Lakang Dek Paneh, Jikok Diasak Indak Layua – Jikok Dibubuik Indak Mati.

Load More