SuaraSumbar.id - Nama Bagindo Aziz Chan tak asing bagi publik Sumatera Barat (Sumbar), terutama di Kota Padang. Sebab, selain namanya diabadikan menjadi nama jalan, sejumlah monumen di ibu kota provinsi Sumbar juga disematkan nama Aziz Chand.
Dalam riwayatnya, Bagindo Aziz Chand yang lahir pada 30 September 1910 telah berkecimpung di pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia sejak usia muda. Dia tercatat sebagai anggota hingga pengurus Jong Islamieten Bond yang dipimpin Haji Agus Salim.
Aziz Chand juga membentuk Persatuan Pelajar Islam di Kota Padang Panjang. Dia pun menjadi seorang guru yang kemudian menjadi kepala sekolah pergerakan modern Islamieten Kwekschool (MIKK) di Kota Bukittinggi.
Melansir wikipedia, Bagindo Aziz Chan lahir di Kampung Alang Laweh, Kota Padang, Sumbar. Dia merupakan anak keempat dari enam bersaudara, buah cinta pasangan Bagindo Montok dan Djamilah.
Aziz Chand diangkat menjadi Wali Kota Padang pada tanggal 15 Agustus 1946. Dia tercatat sebagai Wali Kota Padang kedua setelah kemerdekaan menggantikan Abu Bakar Jaar yang pindah tugas ke Sumatera Utara.
Baca Juga: Isi Teks Proklamasi dan Fakta Menarik di Baliknya
Aziz Chand meninggal dunia pada usia 36 tahun. Dia gugur saat bertempur melawan Belanda pada 19 Juli 1947. Menurut hasil visum yang saat itu dilakukan di rumah sakit yang sekarang bernama RS Tentara Dr. Reksodiwiryo, Aziz Chand meninggal akibat terkena benda tumpul. Selain itu, terdapat tiga bekas tembakan di wajahnya.
Pada 10 Oktober 1945, di tengah situasi kedatangan Sekutu di Padang, Azin Chand menolak tunduk terhadap kekuatan militer Belanda yang berada di belakang tentara Sekutu. Dia terus memberikan perlawanan. Dia juga menerbitkan surat kabar perjuangan yang bernama Republik Indonesia Jaya.
Sebelum turun ke medan pergerakan kemerdekaan di Padang, Aziz Chan mengenyam pendidikan di HIS Padang. Kemudian berlanjut ke MULO di Surabaya, dan AMS di Batavia.
Tamat dari AMS dan sempat dua tahun duduk di Rechtshoogeschool te Batavia (RHS), Aziz Chand juga sempat membuka praktik pengacara dan aktif di beberapa organisasi.
Aziz Chand kembali ke Padang tahun 1935. Dia lalu mengabdi ke beberapa sekolah sebagai guru dan sering berpindah-pindah ke luar Padang. Dia juga sempat aktif di Persatuan Muslim Indonesia (Permi) sampai organisasi itu dibubarkan pada tahun 1937.
Baca Juga: Hari Jadi Jateng ke-71, Kiai dan Santri dari 35 Kabupaten Panjatkan Doa
Beberapa hari setelah diangkat menjadi Wali Kota Padang, tepatnya pada 23 Agustus 1946, Aziz Chand menyerbu markas Belanda yang menangkap warga di kawasan Gunung Pangilun, Kota Padang. Setahun setelahnya, tepatnya 19 Juli 1947, Aziz Chand gugur ditembak saat bertempur melawan Belanda. Kemudian, jasadnya dikembumikan Taman Makam Pahlawan Bahagia, Bukittinggi.
Kini, nama Bagindo Aziz Chand diabadikan menjadi nama jalan di beberapa daerah, seperti di Padang dan Kota Bukittinggi. Selain itu, di Kota Padang, juga didirikan sebuah monumen berbentuk kepalan tinju di persimpangan Jalan Gajah Mada dan Jalan Jhoni Anwar, Kampung Olo, Nanggalo.
Monumen Bagindo Aziz Chan yang diresmikan Wali Kota Padang Syahrul Ujud pada 19 Juli 1983 itu lebih dikenal sebagai Simpang Tinju. Monumen tersebut merupakan sejarah tempat gugurnya seorang Bagindo Aziz Chand yang akan dikenang sepanjang hayat.
Kemudian, monumen lainnya terletak di Taman Melati dalam kompleks Museum Adityawarman. Monumen penghargaan untuk Bagindo Aziz Chand itu merupakan karya pelukis Wisran Hadi dan pemahat Arby Samah.
Tahun 2025, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menerbitkan Kepres Nomor 082/TK/2005 dan mengangkat Bagindo Aziz Chan sebagai pahlawan nasional. Bagindo Aziz Chan menerima Bintang Mahaputera Adipradana dan Gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada 9 November 2005.
Berita Terkait
-
Profil Margono Djojohadikoesoemo: Kakek Prabowo Dicalonkan Jadi Pahlawan Nasional
-
Daftar Pahlawan Nasional dari Muhammadiyah, Ada Kakek Anies Baswedan hingga Lafran Pane Pendiri HMI!
-
Rekam Jejak Buya Syafii Maarif, Jurnalis yang Jadi Ketum PP Muhammadiyah dan Disebut Layak Jadi Pahlawan Nasional
-
Putri Pahlawan Kusumah Atmadja di Usia Senja: Hidup Sendiri, Tinggal di Kontrakan
-
Mensos Dorong Gelar Pahlawan Nasional untuk Kakek Prabowo, Ini Alasannya
Tag
Terpopuler
- Pernampakan Mobil Mewah Milik Ahmad Luthfi yang Dikendarai Vanessa Nabila, Pajaknya Tak Dibayar?
- Jabatan Prestisius Rolly Ade Charles, Diduga Ikut Ivan Sugianto Paksa Anak SMA Menggonggong
- Pengalaman Mengejutkan Suporter Jepang Awayday ke SUGBK: Indonesia Negara yang...
- Ditemui Ahmad Sahroni, Begini Penampakan Lesu Ivan Sugianto di Polrestabes Surabaya
- Pesan Terakhir Nurina Mulkiwati Istri Ahmad Luthfi, Kini Suami Diisukan Punya Simpanan Selebgram
Pilihan
-
5 HP Redmi Sejutaan dengan Baterai Lega dan HyperOS, Murah Tapi Kencang!
-
Hak Masyarakat Adat di Ujung Tanduk, Koalisi Sipil Kaltim Mengecam Kekerasan di Paser
-
Waspada, Kebiasaan Matikan Lampu Motor di Siang Hari Bisa Berujung Bui
-
Kenaikan PPN 12% Jadi Nestapa Kelas Menengah, Orang Kaya Sulit Dipajaki?
-
Pusing Dah! Isu Dipecat, Shin Tae-yong Dibebankan Menang Lawan Arab Saudi di Tengah Rekor Buruk Timnas Indonesia
Terkini
-
Mengapa Supermoon Bisa Mengganggu Tidur Anda? Ini Penjelasan Ahli
-
Harga Emas Antam Naik Rp 8.000 Hari Ini, Berikut Rinciannya
-
KPU Sumbar Tegaskan Batas Waktu Penyerahan LPPDK Pasangan Calon 24 November 2024
-
Warga Diimbau Hindari Jalur Rawan Longsor dan Banjir di Pasaman
-
HOAKS! Arema FC Bantah Keras Rumor Depak Choi Bo-kyeong