Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Rabu, 11 Agustus 2021 | 16:07 WIB
Ilustrasi covid-19. (Pexels)

SuaraSumbar.id - Angka kematian pasien Covid-19 paling tinggi berada di rentang usia 60-69 tahun. Risiko kematian akan menjadi tinggi jika pasien menderita gejala lebih banyak dan memiliki penyakit bawaan atau komorbid.

Hal itu diungkapkan epidemiologi Universitas Andalas (Unand), Defriman Djafri dalam rapat koordinasi penanganan Covid-19 di Sumatera Barat (Sumbar).

Menurut Defriman, risiko kematian pasien yang tidak divaksin dan baru mendapatkan vaksin pertama juga lebih tinggi dibandingkan yang telah mendapatkan dua kali suntikan vaksin.

Dia merekomendasikan peningkatan kapasitas rumah sakit untuk penanganan pasien Covid-19.

Baca Juga: Polemik Rektor Unand Dipolisikan Gegara Perumahan Dosen, Ini Klarifikasi Pihak Kampus

“Audit kematian perlu dilakukan ke depan, agar data awal ini bisa dijadikan dasar (clue) menentukan penyebab apakah secara langsung atau tidak langsung kematian Covid-19 di Sumbar," katanya, dikutip dari Covesia.com - jaringan Suara.com, Rabu (11/8/2021).

Defriman mengungkapkan, ada lima penyakit penyerta atau komorbid yang memiliki risiko tinggi terhadap kematian pasien Covid-19 di Sumbar.

“ARDS, Pneumonia, kanker, PPOK dan diabetes merupakan lima peringkat komorbid yang berisiko tertinggi kematian Covid-19 di Sumatra Barat,” ungkapnya.

Dia menyebutkan, kajian ini merupakan data evidence based ilmiah menggambarkan karakteristik epidemiologi & faktor risiko kematian Covid-19 di Sumbar.

Tak hanya itu, epidiemolog Unand itu juga menyebutkan bahwa pasien meninggal di Sumbar didominasi oleh pasien laki-laki. Pasien laki-laki yang sembuh juga lebih sedikit dibandingkan pasien perempuan.

Baca Juga: Kisruh Pembongkaran Rumah, Rektor Unand Dipolisikan Dosen Sendiri

Terakhir, Defriman merekomendasikan agar diupayakan ada kategori penilaian indeks penerapan prokes, sehingga bisa dipantau secara berkala dan dijadikan dasar untuk mengambil kebijakan.

Load More