SuaraSumbar.id - Dua orang wanita lanjut usia (lansia) di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, terpaksa menghuni gubuk di kawasan puncak bukit Banjar Botuang, Jorong Koto Tangah. Hal ini adalah buntut dari konflik tapal batas tanah antara perusahaan tambang dengan masyarakat di Nagari Koto Alam, 50 Kota.
Informasi yang dihimpun Covesia.com - jaringan Suara.com, dua lansia kakak beradik itu bernama Inong (64) dan Heni (62). Keduanya merupakan keluarga Datuak Paduko Siramo yang terlibat konflik dengan perusahaan tambang milik PT Masa. Dua lansia itu terpaksa tidur di gubuk di puncak bukit untuk mencegah pihak perusahaan tambang menyerebot lahan.
Kabarnya, ladang karet dan gambir mereka diduga dihancurkan pihak perusahaan. "Kami terpaksa mendirikan gubuk dan tidur di atas bukit ini. Kami ingin PT Masa bertanggung jawab atas ladang kami yang telah dihancurkannya," kata Heni kepada Covesia.com - jaringan Suara.com di lokasi, Senin (21/12/2020).
Tujuan mereka mendirikan gubuk dan tidur di sana untuk mencegah PT Masa mengambil batu tambang yang telah digali dan ditumpuk di sekitar lahan Datuak Paduko Siramo.
"Ganti rugi dulu, baru bisa ambil batu ini. Kalau tidak, kami tetap di sini menjaga batu agar tidak diambil perusahaan," kata Heni.
Menurutnya, konflik ini awalnya terjadi Juli 2020. Pihak PT Masa mulai beraktivitas di areal lahan Datuak Paduko Siramo. Para keluarga pun mempertanyakan aktivitas ini karena lahan Paduko Siramo tidak masuk dalam IUP PT Masa. Apalagi, tidak ada perbincangan antara kedua belah pihak terkait areal lahannya akan dimanfaatkan perusahaan.
"Sejak Juli kami kucing-kucingan dengan perusahaan. Kalau kami tinggalkan lokasi ini, mereka bekerja. Kalau kami datang, mereka berhenti dan menarik alat-alat dari lokasi. Makanya kami tinggal saja di sini sambil menuntut ganti rugi," katanya.
Sementara itu, Kepala Humas PT Masa Dede, belum mau memberikan keterangan resmi ketika dikonfirmasi. Dia berjanji akan datang ke Payakumbuh untuk menjelaskan persoalan ini secara lengkap kepada wartawan.
"Besok saya akan ke Payakumbuh biar jangan nanti ada salah paham," sebut Dede.
Berita Terkait
-
66 Orang Positif, Begini Kronologi Klaster Covid-19 Panti Lansia Cengkareng
-
Positif Corona, 66 Lansia Dibawa ke RSUK Duren Sawit Pakai Bus Sekolah
-
IRT Gendong Bayi, Petugas Kaget saat Dibuka Isinya Sabu
-
Kenalan lewat Media Sosial, Wanita di Sumbar Dibunuh Lalu Dirudapaksa
-
Covid-19: Swedia Gagal Lindungi Lansia
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
Dipecat PSSI, Ini 3 Pekerjaan Baru yang Cocok untuk Patrick Kluivert
-
4 Fakta Radiasi Cs-137 PT PMT Cikande: Pemilik Diduga WNA Kabur ke Luar Negeri?
-
Harga Emas Melonjak! Antam Tembus Level Rp 2.622.000 di Pegadaian, UBS Ikut Naik
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
Terkini
-
Waduh! Harimau Sumatera Berkeliaran di Kantor BRIN Agam, BKSDA Sumbar Siaga Satu
-
Tertarik Beli iPhone 17 Terbaru? Ketahui Dulu Spesifikasi dan Harganya!
-
10 Jurusan Kuliah S1 yang Lulusannya Paling Sulit Dapat Kerja Sesuai Bidang, Ini Daftarnya
-
Tokoh Adat Gunung Marapi Resmi Larang Perburuan 5 Jenis Burung Langka, Ini Daftarnya
-
Terbaru! Dapatkan Saldo ShopeePay Gratis Rp2,5 Juta Lewat Link Resmi Ini!