-
Sawah di Kota Padang terancam kekeringan akibat bendungan rusak pascabencana banjir.
-
Ribuan hektare sawah kritis dan pemerintah cari solusi irigasi darurat.
-
Kerusakan intake bendungan sebabkan gagal panen semakin meluas cepat.
SuaraSumbar.id - Ribuan hektare sawah terancam kekeringan di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), pasca bendungan utama rusak akibat diterjang banjir bandang yang melanda wilayah tersebut.
Pemerintah Kota (Pemkot) Padang mengatakan bahwa sekitar 2.912,16 hektare sawah kini berada dalam kondisi kritis karena tidak lagi mendapat suplai air irigasi.
Kepala Dinas Pertanian Kota Padang, Yoice Yuliani bahwa, dua bendungan besar, yakni Bendungan Koto Tuo dan Gunung Nago rusak diterjang banjir bandang. Akibatnya, aliran air ke ribuan hektare sawah terputus total.
Menurut Yoice, kerusakan terjadi pada bagian intake kedua bendungan yang jebol, sehingga aliran air tidak dapat mengaliri area pertanian.
Area terdampak mencakup Kecamatan Koto Tangah, Kuranji, Lubuk Kilangan, Nanggalo, Padang Timur, hingga sebagian Pauh. Kondisi ini membuat lebih dari separuh luas sawah eksisting Kota Padang, yakni 4.358 hektare, berpotensi mengalami kekeringan berat.
Bendungan Koto Tuo di Kecamatan Koto Tangah mengalami kerusakan berat pada intake kanan dan kiri, menyebabkan sekitar 900 hektare dari total 1.200 hektare sawah kehilangan pasokan air. Pemerintah memperkirakan seluruh sawah di kecamatan tersebut akan kering dalam beberapa hari jika aliran air tidak segera dipulihkan.
Sementara itu, Bendungan Gunung Nago juga mengalami kerusakan serupa. Intake menuju jalur kanan yang mengairi wilayah Nanggalo, termasuk Kelurahan Gunung Sarik, Sungai Sapih, Kalumbuk, dan Korong Gadang, ikut jebol.
Jalur kiri yang mengairi Kelurahan Piai Tangah, Pisang, sebagian Binuang Kampung Dalam, dan Cupak Tangah juga mengalami kondisi yang sama. Akibatnya, sekitar 2.000 hektare kekeringan sawah diprediksi terjadi melalui sistem irigasi Gunung Nago.
Dinas Pertanian telah berkoordinasi dengan BWS Sumatera V untuk mencari solusi darurat. Kelompok tani meminta penggunaan pompa besar, namun BWS menyarankan pemasangan batu beronjong karena penggunaan pompa terlalu mahal.
Sementara itu, status kerusakan bendungan berada di bawah kewenangan pemerintah provinsi, sehingga koordinasi lanjutan akan dilakukan.
Di sisi lain, sekitar 357 hektare sawah telah mengalami puso atau gagal panen, terutama di Kelurahan Kuranji yang terendam lumpur. Potensi gagal panen diprediksi meluas jika kondisi sawah terancam kekeringan tidak segera teratasi.