- Warga Sumbar diminta waspada hadapi cuaca ekstrem pemicu bencana.
- BMKG tetapkan 14 daerah siaga penuh hidrometeorologi di Sumbar.
- Mahyeldi instruksikan BPBD perkuat pemantauan dan kesiapsiagaan daerah.
SuaraSumbar.id - Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar) mengingatkan gawat darurat hidrometeorologi setelah BMKG Stasiun Meteorologi Minangkabau merilis peringatan dini untuk periode 21–27 November 2025.
Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, meminta masyarakat memperkuat kewaspadaan menghadapi potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu bencana hidrometeorologi di berbagai wilayah.
Mahyeldi menegaskan bahwa peringatan gawat darurat hidrometeorologi tersebut harus menjadi perhatian serius bagi seluruh warga, mengingat peningkatan potensi hujan lebat, banjir, dan tanah longsor yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Pemerintah daerah hingga tingkat nagari diminta bersiaga penuh agar langkah penanganan dapat dilakukan cepat dan tepat.
“Kami mengingatkan kepada seluruh masyarakat di Sumbar untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir dan tanah lonsor. Keselamatan adalah yang utama. Mari kita saling menjaga, saling mengingatkan dalam menghadapi cuaca ekstrem ini,” ujar Mahyeldi dalam keterangannya, (24/11/2025).
BMKG menjelaskan bahwa meningkatnya risiko peringatan gawat darurat hidrometeorologi dipicu oleh beberapa faktor atmosfer. Penguatan Monsun Asia meningkatkan dominasi angin baratan yang membawa massa udara lembap dari Samudra Hindia.
Massa udara ini bertemu langsung dengan topografi Pegunungan Bukit Barisan dan memicu pembentukan awan hujan intens akibat proses orographic lifting. Selain itu, fenomena IOD negatif dan aktivitas Gelombang Rossby Ekuatorial turut memperkuat pertumbuhan awan konvektif di wilayah pesisir barat dan daerah perbukitan.
Kondisi tersebut meningkatkan potensi banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, petir, genangan, hingga jalan licin di berbagai kabupaten/kota.
BMKG juga menetapkan 14 daerah berstatus siaga penuh, termasuk Padang Pariaman, Pariaman, Padang, Pesisir Selatan, Sijunjung, Kepulauan Mentawai, Pasaman Barat, Agam, Tanah Datar, Solok, Dharmasraya, Solok Selatan, dan Lima Puluh Kota.
Gubernur Mahyeldi meminta BPBD provinsi serta kabupaten/kota memperkuat pemantauan, memastikan ketersediaan personel, peralatan, dan jalur evakuasi untuk menghadapi potensi bencana.
Ia juga mengimbau masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, lereng perbukitan, dan kawasan rawan longsor untuk menyiapkan tas siaga dan memahami jalur evakuasi.
"Masyarakat juga harus pro aktif memantau informasi yang berasal dari kanal resmi seperti BMKG, BPBD, dan pemerintah daerah. Jangan percaya dengan informasi yang sumbernya tidak jelas," pungkas Mahyeldi.
Dengan intensitas cuaca yang meningkat, informasi terkait peringatan gawat darurat hidrometeorologi menjadi penting untuk terus dipantau sebagai langkah pencegahan dan perlindungan bagi seluruh masyarakat Sumbar.