Benarkah Otak Lelah Bisa Simpan Memori Lebih Baik? Ini Penjelasannya

Muncul temuan menarik dari dunia sains soal otak lelah dan kemampuannya dalam menyimpan memori.

Riki Chandra
Sabtu, 15 November 2025 | 21:20 WIB
Benarkah Otak Lelah Bisa Simpan Memori Lebih Baik? Ini Penjelasannya
Ilustrasi otak (Pixabay.com)
Baca 10 detik
  •  Otak lelah dapat memperkuat koneksi saraf pembentuk memori jangka panjang.

  • Adenosin berperan besar dalam proses kelelahan dan penyimpanan memori.

  • Manfaat otak lelah berlaku pada kelelahan ringan, bukan kurang tidur.

SuaraSumbar.id - Muncul temuan menarik dari dunia sains soal otak lelah dan kemampuannya dalam menyimpan memori. Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa kondisi kelelahan ternyata tidak selalu buruk bagi fungsi kognitif.

Justru, dalam situasi tertentu, kelelahan bisa membuat otak bekerja lebih efektif dalam pembentukan ingatan jangka panjang.

Studi yang dilaporkan Hindustan Times ini merujuk pada riset dari penelitian Jepang yang dipublikasikan dalam jurnal Neuroscience Research.

Temuan tersebut mempelajari bagaimana otak lelah merespons cahaya, aktivitas listrik, serta pembentukan koneksi saraf yang berhubungan dengan memori.

Pada tahap eksperimen, peneliti menggunakan tikus yang dimodifikasi secara genetik dan dipaparkan pada cahaya untuk mengamati mekanisme otak saat berada dalam kondisi lesu.

Menariknya, meski respons kewaspadaan tikus melemah saat mendekati waktu matahari terbit, para peneliti menemukan bahwa otak mereka justru membentuk koneksi jangka panjang dengan lebih tajam.

Koneksi inilah yang vital dalam proses pembelajaran dan penyimpanan memori. Temuan ini semakin menegaskan bahwa otak lelah tidak sekadar menurun fungsinya, namun bisa memasuki fase tertentu yang mendukung proses neuroscience terkait pembentukan ingatan.

Dalam laporannya, para peneliti menjelaskan bahwa kemampuan tersebut erat kaitannya dengan zat kimia bernama adenosin. Ketika kadarnya meningkat, tubuh merasakan tanda-tanda kelelahan dan mulai memberi sinyal untuk beristirahat.

Namun, pada saat bersamaan, kondisi ini menciptakan peluang bagi otak untuk menyimpan memori dalam skala jangka panjang secara lebih efektif.

“Adenosin memberikan indikasi bahwa tubuh membutuhkan istirahat, namun bersamaan dengan itu otak memanfaatkan fase ini untuk memperkuat ingatan,” demikian dijelaskan dalam studi tersebut.

Meski demikian, para ahli tetap menegaskan bahwa manfaat tersebut hanya berlaku pada kelelahan ringan. Kurang tidur dalam jangka panjang tetap berdampak buruk bagi kemampuan belajar dan daya ingat.

Kebiasaan begadang dan durasi tidur yang berkurang justru dapat menurunkan performa kognitif secara signifikan. Artinya, kondisi otak lelah mungkin memang dapat mendukung memori, tetapi kebutuhan tidur tetap tidak bisa digantikan.

Pada akhirnya, studi ini memberi perspektif baru mengenai bagaimana otak lelah bekerja, sekaligus menegaskan pentingnya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat bagi kesehatan memori serta kemampuan belajar lebih baik. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini