-
Banyak bangunan ambruk gempa 2009 karena tanpa desain struktural.
-
Desain dan pengawasan profesional kunci keselamatan bangunan publik.
-
Kasus Ponpes Al Khoziny tegaskan pentingnya desain sesuai standar.
SuaraSumbar.id - Banyak bangunan yang ambruk saat Gempa Padang 2009 ternyata tanpa desain yang benar. Fakta itu diungkapkan Pakar Teknik Sipil Struktur Tahan Gempa dari Fakultas Teknik Universitas Andalas (Unand), Prof Fauzan.
Menurutnya, desain menjadi kunci vital dalam memastikan keamanan struktur bangunan. “Kita mengalami dan menemukan pascagempa 2009 Padang, bangunan itu tidak didesain dan hanya digambar saja,” ujar Fauzan, Senin (6/10/2025).
Penegasan ini mempertegas bahwa keberadaan desain bukan semata formalitas, melainkan pondasi keselamatan bagi struktur bangunan.
Menurut Fauzan, dengan desain yang terperinci, dokumen tersebut memungkinkan pengecekan dan evaluasi oleh ahli struktur guna memastikan bangunan sesuai standar.
“Jadi bangunan itu bisa dicek dari gambar desain apakah sudah didesain dengan benar oleh seorang ahli struktur teknik sipil,” katanya.
Tanpa desain yang tepat, tidak ada akuntabilitas atau koordinator teknis yang jelas untuk menjamin struktur bangunan aman.
Kepedulian Prof Fauzan meluas hingga kasus terbaru ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur. Ia menyebut bahwa penyelidikan kasus tersebut harus dimulai dari mencocokkan desain bangunan dengan pelaksanaan di lapangan.
Jika detail engineering design (DED) sesuai prosedur, langkah selanjutnya adalah memeriksa apakah kontraktor membangun sesuai desain tersebut.
“Kalau dari pembangunan tidak ditemukan sesuai desain, nah berarti si pelaksana, kontraktor harus dimintai pertanggungjawabannya,” tuturnya.
Tragisnya, musala Ponpes Al Khoziny ambruk pada 29 September 2025 saat santri melaksanakan salat Ashar. Hingga 6 Oktober 2025, tim SAR mengonfirmasi bahwa sebanyak 54 jenazah telah dievakuasi dari reruntuhan.
Tubuh korban diselamatkan dalam kondisi utuh maupun terpencar (body parts). Kasus ini mengguncang publik dan membuka sorotan pada regulasi bangunan pendidikan, termasuk pesantren, serta urgensi penerapan standar desain dan konstruksi.
Konteks gempa Padang 2009 menunjukkan betapa fatal dampak bangunan tanpa desain. Di antaranya, bangunan SMA Negeri 10 Padang mengalami kerusakan struktural karena mutu pelaksanaan dan pengawasan tidak sesuai rencana desain.
Kasus gempa dan ambruknya bangunan seperti Ponpes Al Khoziny menjadi peringatan bahwa keselamatan publik bergantung pada desain struktural yang akurat dan pelaksanaan sesuai desain. Semoga tragedi ini mendorong penerapan regulasi bangunan yang lebih ketat dan pengawasan profesional. (Antara)