Bahaya Penumpukan Lemak Hati, Benarkah Bisa Berujung Kanker?

Dokter mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai bahaya penumpukan lemak di hati.

Riki Chandra
Rabu, 01 Oktober 2025 | 19:28 WIB
Bahaya Penumpukan Lemak Hati, Benarkah Bisa Berujung Kanker?
Ilustrasi hati (pexels)
Baca 10 detik
  •  Penumpukan lemak di hati bisa berkembang menjadi kanker hati.

  • Gejala lemak hati sering muncul terlambat dan tidak spesifik.

  • Gaya hidup sehat dan pemeriksaan FibroScan cegah kerusakan hati.

SuaraSumbar.id - Dokter mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai bahaya penumpukan lemak di hati. Kondisi ini jika tidak segera ditangani dapat berkembang menjadi fibrosis, sirosis, hingga kanker hati.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi-Hepatologi dari Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah, dr. Lianda Siregar, Sp.PD, Subsp.GEH(K), FINASIM, menjelaskan bahwa penyakit perlemakan hati atau fatty liver disease merupakan salah satu gangguan hati yang paling sering terjadi selain hepatitis A, B, dan C.

“Jika tidak dideteksi secara dini dan ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat berkembang menjadi fibrosis, sirosis, bahkan kanker hati,” kata Lianda dalam keterangan persnya, Rabu (1/10/2025).

Menurut data epidemiologi, penyakit hati berlemak dialami sekitar 10 sampai 35 persen populasi umum, serta 40 hingga 90 persen penderita obesitas. Meski demikian, pada tahap awal penyakit ini sering tidak menimbulkan gejala.

Berdasarkan penyebabnya, penyakit hati berlemak terbagi menjadi dua jenis, yaitu Alcoholic Fatty Liver Disease (AFLD) dan Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD).

AFLD disebabkan konsumsi minuman beralkohol berlebihan secara rutin. Proses metabolisme alkohol membuat hati bekerja lebih keras, mengganggu fungsi metabolisme sel, dan akhirnya meningkatkan penyimpanan lemak di hati.

Sementara NAFLD bisa terjadi tanpa konsumsi alkohol berlebih. Faktor penyebabnya antara lain sindrom metabolik, obesitas, diabetes, kadar kolesterol tinggi, hiperglikemia, hipertensi, hepatitis kronis, malnutrisi, hingga konsumsi obat-obatan tertentu dalam dosis tinggi.

Jika tidak ditangani, NAFLD dapat berkembang menjadi Non Alcoholic Steatohepatitis (NASH), yaitu peradangan hati yang memicu fibrosis, sirosis, bahkan kanker hati.

Gejala dan Cara Mengatasi Lemak Hati

Gejala penumpukan lemak di hati umumnya baru muncul pada tahap lanjut, seperti kelelahan berlebihan, nyeri perut, pembesaran hati, mual, penurunan nafsu makan, jaundice (kulit dan mata menguning), serta gatal pada kulit.

Untuk mengurangi risiko, dr. Lianda menyarankan perubahan gaya hidup sehat, di antaranya:

- Menurunkan berat badan berlebih
- Menjalani pola makan sehat
- Olahraga rutin minimal 30 menit per hari
- Menghindari konsumsi alkohol dan makanan tinggi lemak

Pemeriksaan kesehatan hati secara berkala juga penting dilakukan. Salah satunya dengan FibroScan, teknologi yang mampu menilai kekakuan organ hati tanpa sayatan, serta mendeteksi adanya fibrosis atau sirosis secara cepat.

“Dengan FibroScan, pemeriksaan dini penyakit hati dapat dilakukan lebih mudah,” jelas dr. Lianda.

Masyarakat diimbau tidak mengabaikan bahaya penumpukan lemak di hati agar tidak berkembang menjadi kerusakan organ permanen atau kanker hati. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini