“Saya memang serius sejak awal membuat rendang. Nama Rendang Asese itu berasal dari merek toko material orang tua dan saya patenkan sejak memulai usaha agar kelak tidak bermasalah setelah dikenal banyak orang,” tutur Eva.
Di awal merintis, ia hanya memproduksi rendang paru kering khas Payakumbuh. Tapi karena permintaan terus meningkat dan bahan paru kadang sulit diperoleh, ia menambah varian daging. Hari demi hari, permintaan pun terus mengalir.
“Rendang paru sudah laris sejak awal. Tapi karena bahan bakunya (paru) sulit, saya tambah jenis produk rendang daging agar ada pilihan pembeli juga,” ucapnya.
Eva percaya tidak ada rahasia besar dalam resep rendang. Ia mengandalkan cita rasa khas Payakumbuh yang telah dipelajarinya sejak remaja. Hobi memasak sejak gadis dan pengalaman membantu usaha katering keluarga menjadi pondasi rasa yang kini dikenal di seantero negeri.
“Resep rendang hampir sama saja. Kami berupaya menyesuaikan dengan lidah nusantara karena pasarnya mayoritas ke pulau Jawa,” katanya.
Bisnisnya terus berkembang. Tidak hanya rendang daging, kini ada rendang suir, ikan tuna, ayam, lokan, belut hingga jengkol. Bahkan ditambah produk pelengkap seperti dendeng, keripik hingga serundeng. Semua berlabel Rendang Asese.
![Produk rendang Asese yang dijual di Shopee. [Dok. Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/28/91679-shopee.jpg)
“Ada 8 produk utama Rendang Asese itu. Kami tambah juga dengan dendeng lambok, kering, batokok sampai keripik dan serundeng,” ujar Eva.
Dulu hanya seorang diri, kini Eva telah memiliki sekitar 40 karyawan yang bekerja dalam sistem shift. Produksi yang dulunya hanya 10 kilogram per hari, kini meningkat menjadi 100 kilogram setiap harinya.
“Sejak 2014 penjualan naik dan Alhamdulillah terus bertahan. Itu yang menghidupi puluhan orang karyawan saya,” katanya.
Tidak hanya soal rasa, Eva juga memastikan produknya higienis dan memenuhi standar keamanan pangan internasional. Rendang Asese bahkan tercatat sebagai usaha rendang pertama di Sumatera Barat yang menerapkan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).
“Usaha saya dapat sertifikat dari Kementerian Koperasi tahun 2014 lalu. Jadi soal higienis sudah jelas berstandar internasional,” tegasnya.
Yang membuat Eva bersyukur, Shopee telah menjadi pilar penting dalam distribusi rendangnya. Semua produk Rendang Asese kini tersedia di e-commerce itu, yang secara tidak langsung mempercepat perjalanannya ke seluruh Nusantara.
"Kalau mau pesan online, tinggal lihat Shopee. Lengkap produk dan harganya," katanya.
Menurutnya, pelaku UMKM memilih jualan di Shopee karena platform ini menawarkan berbagai kemudahan dan keuntungan, terutama dalam hal jangkauan pasar yang luas dan sistem pembayaran yang beragam.
Shopee memiliki jutaan pengguna aktif di seluruh Indonesia, sehingga membuka peluang besar bagi pelaku usaha kecil untuk memperluas pasar tanpa harus memiliki toko fisik. Selain itu, sistemnya yang mudah digunakan membuat UMKM bisa langsung mengelola toko, produk, dan transaksi hanya dengan perangkat seluler.