DPR Asal Sumbar Curiga Anak Buah Prabowo Enggan Serap Gabah Petani Hasil Panen Raya, Ini Alasannya

Wakil Ketua Komisi IV DPR menegaskan Presiden Prabowo menginstruksikan Bulog untuk menyerap gabah dan beras hasil panen petani tanpa ada pembatasan.

Riki Chandra
Selasa, 25 Maret 2025 | 17:27 WIB
DPR Asal Sumbar Curiga Anak Buah Prabowo Enggan Serap Gabah Petani Hasil Panen Raya, Ini Alasannya
Anggota DPR RI Asal Sumbar, Alex Indra Lukman. [Dok. Istimewa]

SuaraSumbar.id - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Alex Indra Lukman, menegaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan Bulog untuk menyerap gabah dan beras hasil panen petani tanpa ada pembatasan kualitas maupun kuantitas.

Namun, batasan yang ditetapkan hanya pada harga beli, yakni Rp 6.500 per kilogram untuk gabah dan Rp 12.000 per kilogram untuk beras.

"Bapak diwajibkan membeli tanpa limit. Itu sebabnya saya mempertanyakan arah kebijakan Bulog, bagaimana peta jalannya ke depan, terutama dalam menghadapi panen raya," ujar Alex Indra Lukman dalam keterangan tertulis, Selasa (25/3/2025).

Pernyataan itu disampaikan dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI dengan Kementerian Pertanian (Kementan) serta lembaga pangan terkait pada Senin (24/3/2025).

Rapat tersebut membahas berbagai aspek, mulai dari swasembada pangan hingga kesiapan stok pangan menjelang Idul Fitri 2025.

Menurut Alex Indra Lukman, belum adanya pola penyerapan yang jelas dari Bulog menjelang puncak panen raya pada Maret dan April 2025 menimbulkan kekhawatiran di kalangan petani.

Selain itu, belum ada kepastian mengenai batasan jumlah gabah dan beras yang akan diserap oleh Bulog.

"Target cadangan beras sebanyak 3 juta ton dengan alokasi anggaran Rp16,6 triliun menjadi dilema, karena tidak ada kejelasan terkait limit dari instruksi tersebut," kata anggota DPR RI dari Sumatera Barat (Sumbar) itu.

Belum lagi, kata Alex, terdapat perintah lanjutan kepada Bulog untuk memanfaatkan dan menggunakan pinjaman dari perbankan jika stok beras benar-benar belum mencukupi.

Termasuk, tugas lain yang diperintahkan kepada Bulog agar membeli gabah harga kering panen Rp6.500 atau beras Rp12.000 dengan syarat-syarat yang sudah tercantum.

"Pertanyaan saya, ini limitnya berapa banyak? Penugasannya terpisah loh, menyerap untuk stok sebanyak 3 juta ton, wajib membeli gabah kering panen dan beras dengan harga yang sudah ditentukan, limitnya berapa?," tanya Alex.

Ketua PDI Perjuangan (PDIP) Sumbar itu mengatakan, penjelasan terkait susunan kerja Bulog dalam menyerap gabah atau beras harus disampaikan utuh di ruang publik, guna menjawab ketakutan para petani menjelang musim panen raya.

"Saya harus menyampaikan di sini mewakili petani, bagaimana petani gembira, berterima kasih, mengapresiasi ketika pemerintah memutuskan membeli gabah kering panen mereka seharga 6.500," ungkapnya.

"Ketika mereka panen, apa pemerintah mau ngeles, gudang melimpah stoknya. Tidak bisa seperti itu Pak, perintahnya tegas," kata Alex.

Menurut Alex, rapat kerja ini menjadi momentum tepat bagi Bulog dan Kementan, untuk menjelaskan ke publik perihal upaya pemerintah dalam menyerap gabah dan beras petani jelang musim panen raya secara detail.

"Mumpung bapak beserta jajaran ada di sini, ini serapan nanti di panen raya akan seperti apa, petani sudah sangat berharap sekali," katanya.

"Kan memang logikanya ketika panen raya harga panen pasti turun, maka Bulog akan jadi prioritas pertama petani untuk menjual hasil panennya kan."

"Betapa kecewanya mereka kalau seandainya bukan memberikan uang untuk membeli gabah malah memberikan alasan," tutup Alex.

Apa Itu Panen Raya?

Panen raya merupakan kegiatan panen massal yang dilakukan secara besar-besaran dalam satu wilayah. Berbeda dengan panen biasa yang dilakukan secara rutin, panen raya melibatkan banyak petani dan kelompok tani, sehingga hasil produksi meningkat secara signifikan.

Umumnya, panen raya terjadi pada komoditas utama seperti padi, jagung, dan kedelai. Sebagai contoh, panen padi dalam skala besar bisa menghasilkan produksi berkali-kali lipat dibandingkan dengan panen harian yang dilakukan secara bertahap.

Dengan hasil yang melimpah, petani berpeluang mendapatkan keuntungan lebih besar dari hasil panennya.

Selain berdampak ekonomi, panen raya juga memperkuat nilai sosial di kalangan petani. Kegiatan ini kerap dilakukan secara gotong royong, mulai dari proses memanen hingga distribusi hasil panen.

Tradisi ini masih lestari di beberapa daerah, seperti dalam acara Sedekah Bumi, yang menjadi bagian dari perayaan keberkahan hasil tani.

Lebih dari sekadar tradisi, panen raya juga bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan nasional. Dengan hasil panen yang melimpah, ketersediaan beras dan komoditas lainnya bisa lebih terjamin. Upaya ini menjadi langkah strategis dalam menjaga ketahanan pangan serta menekan harga di pasaran.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini