Parah! Mayoritas Guru di Sumbar Terlilit Utang, Gaji ASN Sampai Nol

Pemprov Sumbar menyoroti kondisi keuangan para guru di daerah tersebut, yang banyak terlilit utang akibat perilaku konsumtif berlebihan.

Riki Chandra
Selasa, 27 Agustus 2024 | 16:21 WIB
Parah! Mayoritas Guru di Sumbar Terlilit Utang, Gaji ASN Sampai Nol
Ilustrasi gaji. (pexels)

SuaraSumbar.id - Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar) menyoroti kondisi keuangan para guru di daerah tersebut, yang banyak terlilit utang akibat perilaku konsumtif berlebihan.

Sekretaris Dinas Pendidikan Sumbar, Suryanto mengatakan, banyak guru yang terjebak dalam pinjaman hingga gaji mereka menjadi nol. Hal ini diungkapkan Suryanto dalam acara puncak peringatan Hari Indonesia Menabung Sumbar di Padang, Selasa (27/8/2024).

Menurutnya, meskipun para guru, terutama yang berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN), sudah menerima tunjangan profesi yang setara dengan satu bulan gaji, pola hidup konsumtif membuat mereka terjebak dalam utang.

"Pola hidup konsumtif menjadi beban berat bagi guru, dan jika hal ini terus berlanjut, peningkatan kesejahteraan akan sulit tercapai," jelas Suryanto.

Ia menekankan pentingnya mengelola keuangan dengan baik, terutama bagi para pendidik yang seharusnya menjadi contoh bagi murid-muridnya.

Dalam kesempatan yang sama, Suryanto juga menyebutkan program "Kejar" yang dianggap sangat bagus untuk mengedukasi siswa agar menabung sejak dini. Program ini tidak hanya mengajarkan siswa untuk mengelola uang, tetapi juga melatih kedisiplinan mereka dalam mengelola keuangan.

Sementara itu, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumbar, Roni Nazra, menyampaikan bahwa peringatan Hari Indonesia Menabung di Sumatera Barat merupakan langkah penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya di Ranah Minang, tentang pentingnya menabung sejak dini.

Menurut survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2024 yang dilakukan OJK bersama Badan Pusat Statistik, indeks inklusi keuangan Indonesia mencapai 75,02 persen, sementara indeks literasinya berada di angka 65,43 persen.

"Ini menunjukkan bahwa dari 100 orang masyarakat Indonesia, 75 di antaranya sudah menggunakan produk keuangan seperti deposito, tabungan, saham, asuransi, dan dana pensiun. Namun, hanya 65 orang yang benar-benar memahami produk jasa keuangan tersebut," ujar Roni. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak