mantan Panglima TNI: Babinsa dan Kapolsek yang Ikut Campur Pemilu adalah Pengkhianat Bangsa

"Sebagai pemilik negeri ini, rakyat Indonesia jangan takut menolak upaya-upaya yang tidak sesuai dengan prinsip demokrasi," tegas Gatot.

Chandra Iswinarno
Minggu, 14 Januari 2024 | 15:39 WIB
mantan Panglima TNI: Babinsa dan Kapolsek yang Ikut Campur Pemilu adalah Pengkhianat Bangsa
Eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo berpidato dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Ummat ke-1 di Asrama Haji, Jakarta Timur, Rabu (15/2/2023). (Suara.com/Bagaskara)

SuaraSumbar.id - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menekankan pentingnya menjaga netralitas oleh seluruh aparatur negara dalam Pemilu 2024.

Dalam diskusi bertajuk 'Selamatkan Pemilu yang Demokratis' yang diselenggarakan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 13 Januari, Gatot menegaskan bahwa aparatur negara yang terlibat secara partisipatif dalam pemilu dan memihak salah satu pasangan calon (paslon) dapat dianggap sebagai pengkhianat bangsa.

Menurut Gatot, keterlibatan langsung aparatur negara dalam pemilu, seperti melakukan intervensi atau meminta identitas warga, harus ditolak.

"Contoh sederhana, jika Babinsa atau Kapolsek ikut campur dalam pemilu, mereka harus dianggap sebagai pengkhianat bangsa. Warga harus berani menolak jika ada permintaan kartu keluarga atau KTP oleh mereka," ujar Gatot.

Baca Juga:Ini Besaran Uang Honor Petugas Pelipat Surat Suara Pemilu 2024 di Padang

Gatot mengajak warga Indonesia untuk tidak takut dan berani menolak praktik intervensi yang dilakukan oleh aparatur negara.

"Sebagai pemilik negeri ini, rakyat Indonesia jangan takut menolak upaya-upaya yang tidak sesuai dengan prinsip demokrasi," tegas Gatot.

Pernyataan Gatot ini datang di tengah kekhawatiran akan netralitas aparatur negara dalam pemilu, yang merupakan pilar penting dalam pelaksanaan demokrasi yang sehat dan adil.

Gatot juga mengungkapkan bahwa ia telah ditawari untuk bergabung dalam tim sukses salah satu paslon, tetapi menolaknya demi menjaga netralitas dan integritas.

Penegasan Gatot mengenai pentingnya netralitas dan penolakan terhadap praktik intervensi dalam pemilu menunjukkan kebutuhan akan pemilihan yang bersih dan adil untuk memastikan keberlangsungan demokrasi di Indonesia.

Baca Juga:Tukang Sablon Keluhkan Omzet Turun dari APK Pemilu 2024, Ini Respons Timses 3 Pasangan Capres

Kontributor : Rizky Islam

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

lifestyle | 13:50 WIB
Tampilkan lebih banyak